Marilah memulai tahun 2019 dengan bersikap berani melawan ketakutan; berani yang berdasarkan inteligensia. Keberanian merupakan bagian penting dalam karakter yang baik. Keberanian juga harus dikembangkan.
Pada umumnya semasa anak, banyak yang ditakutkan karena belum mengethui bahwa yang dihadapi anak itu tidak berbahaya. Sebaliknya sebagai anak juga belum mengetahui ada bahaya yang dihadapinya, sehingga kadang-kadang terlihat anak sebagai seorang pemberani.
Maka dari itu semasa anak haruslah dibimbing dan diberi pendidikan bagaimana harus bersikap berani dan bagaimana "perlu" takut. Adalah normal bila seorang anak merasakan takut; sering pula seorang petinju akan merasa takut, dan bila ada remaja yang menunjukkan dirinya "saya tidak takut!" mungkin itu pernyataan palsu.
Bagaimanapun sebagai karakter yang dapat dan harus dikembangkan, keberanian harus pula dikembangkan untuk menunjang memiliki karakter baik.
Pernyataan ini sungguh benar: "Courage is the willingness to act in spite of your fear."Â Tanpa rasa takut tidak akan didapatkan keberanian. Tidak mungkin kita menjadi berani bila tidak ada yang harus kita bela.
Sesungguhnya karena adanya ketakutan maka keberanian harus ditimbulkan. Tentu saja ambang ketakutan harus dapat dikendalikan. Jangan sampai terjadi bahwa ketakutan memenangkan persaaan kita.
Beranilah menghadapi ketakutan dan "tembak jatuh", kalahkan ketakutan! Inilah sikap dalam menghadapi risiko, risiko hidup, risiko dalam berusaha membuat sesuatu yang baru dan lebih sering dalam risiko pekerjaan, risiko memajukan perusahaan. Dalam hal demikian tidak hanya diperlukan keberanian namun karakter yang pandai, diperlukan inteligensia. Keberanian sering juga dihubungkan dengan bagaimana mengambil keputusan yang betul dan yang baik, disini diperlukan inteligensia.
"When making the right choice requires intelligence and courage"Â
Sampailah kita pada pemikiran bagaimana mengembangkan inteligensia/kepintaran karakter. Dalam bukunya Frames of Mind. The Theory of Multiple Intelligences, Howard Gardner, psikolog dari Harvard University, menyatakan bahwa manusia itu memiliki inteligensia jamak (multiple intelligences), dan menentang pendapat bahwa seorang anak itu hanya dapat belajar melalui mengikuti pelajaran dari guru di sekolah dengan membaca.
Dalam bukunya tersebut Gardner menguraikan 8 (delapan) macam inteligensia, sehingga dapat mengembangkan pengajaran dan pendidikan lebih jauh. Kedelapan macam inteligensia itu adalah:
- Visual-spatial intelligenceÂ
- Linguistic-verbal intelligenceÂ
- Mathematical intelligenceÂ
- Kinesthetic intelligenceÂ
- Musical intelligenceÂ
- Interpersonal intelligenceÂ
- Intrapersonal intelligenceÂ
- Naturalistic intelligenceÂ