Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Natal | Pemenuhan Janji Allah di Tengah Kepedihan Natal

25 Desember 2018   14:48 Diperbarui: 25 Desember 2018   19:42 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thegolfclub.info

Gambaran tentang suasana natal yang pertama, ketika Yesus Kristus lahir, selalu ditampilkan dengan suasana yang sangat romantic, penuh kedamaian dengan sinar rembulan dan bintang yang sangat menawan mata dan hati tentunya.

Kenyataan ini dapat dilihat dan dirasakan dalam perayaan-perayaan Natal pada zaman now. Tidak hanya disatu tempat, disatu gereja atau disatu perayaan saja, tetapi hampir diseantero muka bumi ini. Setiap tahun ketika masa Natal tiba, ibadah Natal dirayakan dengan suasana megah, heboh, penuh sukacita.

Benarkah demikian suasana natal pertama kali terjadi disekitar 2000-an tahun yang silam? Jawabannya singkat dan sederhana saja, yaitu tidak seideal, seromantis dan seheboh sekarang. Malah yang terjadi adalah suasana sebaliknyanya dengan yang digambarkan oleh manusia zaman sekarang tentang natal atau kelahiran Yesus itu.

Sesungguhnya sangat jauh berbeda dari yang dirasakan orang-orang yang ada pada Natal pertama terjadi ketika kelahiran putra tunggal Allah itu di kandang domba yang sangatlah sederhana, dan tentu sangat tak layak buat generasi zaman kini.

Percaya atau tidak percaya, suasana natal pertama diwarani dengan suasana penuh ketegangan bahkan ketakutan bagi semua orang yang terlibat didalamnya. Bahkan suasana kesedihan begitu kental hadir dalam hati mereka pada waktu itu.
Mengapa demikian menegangkan dan menakutkan serta menyedihkan? Karena kabar dan berita bahwa Yesus akan datang dan lahir membuat semua orang stress dan sangatlah was was dan bingung.

Pertama, Maria bingung dan khawatir. Malaikat surga memberitahunya bahwa ia akan melahirkan Anak Allah. Dia tak tahu apa yang akan terjadi dengan nasib pertunangannya. Masa depannya tampak suram.

Kedua, Yusuf merasakan duka, terluka dan patah hati, ketika mendapatkan berita bahwa tunangannya memberitahunya si Maria, dia hamil. Yusuf merasa terluka dan tertipu, bagaimana mungkin Maria hamil, pada hal kami baru bertunangan, boro boro hamil.

Ketiga, Para gembala ketakutan. Mereka melihat sebuah cahaya terang dan menyaksikan malaikat muncul entah dari mana.

Keempat, Orang-orang Majus kelelahan. Mereka telah menempuh perjalanan jauh untuk menemui Yesus. Mereka butuh istirahat sangat memnbutuhkan istirahat dan mental mereka juga pasti ikut kelelahan.

Itulah gambaran natal pertama yang sesungguhnya terjadi pada masa itu yang sangat jauh dari hiruk pikuk dan kegembiraan seperti yang sekarang orang rayakan.

Tapi, ada yang menarik dari semua kegelisahan, ketegangan bahkan kesedihan yang dialami oleh mereka yang terlibat langsung dalam natal pertama itu, yaitu mereka memiliki kesamaan yang sangat mendasar, fundamental dan menentukan masa depan kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun