Jawaban terhadap pertanyaan "apakah Anda menyukai prosesnya atau lebih menyukai hasilnya?" akan menunjukkan siapa diri Anda dalam menjalani, mengisi serta memberikan makna dalam hidup yang dimiliki?
Ini menyangkut pilihan hidup untuk dijalani. Karena merupakan pilihan kehidupan maka padanya tidak ada salah dan tidak ada yang benar. Keduanya, apakah suka proses atau senang hasil, memiliki makna bagi siapa yang memilihnya. Juga tidak perlu dipertentangkan antara proses dan hasil, sehingga pilihan masing-masing dijalani dengan semangat dan penuh antusias hidup.
Sangat mungkin, seseorang bisa saja berubah dari yang semula beorientasi pada poses ke beorientasi pada hasil. Perubahan orientasi tentu saja menjadi pilihan, karena pertimbangan penilaian yang rasional dan diyakini.
Coba amati bagaimana petani menjalani kesehariannya sebagai petani. Biasanya, "setelah proses panjang-masa sulit-penuh tantangan yang harus dihadapi dan dialami, seorang petani begitu bahagia saat memanen".
Bila hasil panenannya sesuai yang diharapkan atau melebihi dari targetnya maka tingkat kesenangannya akan semakin tinggi, dan senyumannya pasti semakin melebar. Demikian sebaliknya, kalau hasil panen tidak berhasil, kesenangan dan kegembiraannya akan menurun dan senyumannya tidak saja menyempit tetapi muram mukanya, sambil membayangkan dengan penuh tanya mengapa tidak sesuai harap.
Bagi seorang petani, hasil yang didapatkan merupakan refleksi dari proses panjang, dan sulit penuh tantangan yang dilewati dengan tiada merasa lelah, karena didalamnya mengalami waktu yang panjang untuk menemukan sebab dan akibat untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Mungkinkah seorang petani memaksakan hasil yang diharapkan? Misalnya menanm hari ini, kemudian besok atau lusa mau memanen hasilnya ?Jawabannya tentu tidak. Karena proses menghasilkan tidak bisa dipaksakan sesuai kehendak petani.
Dalam kehidupan nyata, banyak orang tidak lagi mau menjadi seorang "petani" karena hasil panennya tidak bisa dipaksakan sesuai kehendak petani. Orang cenderung menginginkan hasilnya cepat dan serba instan. Bila perlu, tanam sekarang, dan sekarang juga panen !. Dan tidak mau menunggu lebih lama lagi.
Kecenderungan ini semakin terasa tinggi dimiliki oleh orang-orang pada zaman yang serba digital sekarang ini. Itu sebabnya, berbagai cara, metode, teknik dilakukan agar hasilnya bisa instan seketika.
Kecenderungan orang untuk memanen hasil secara instan mendorong perilaku menyimpang dari setiap orang untuk memanipulasi proses yang harus dilewati untuk mencapai hasil. Mereka mau hasilnya seketika, apapun cara yang harus ditempuh akan dilakukan.
Contoh-contoh perilaku menyimpang ini menjadi masalah yang hidup ditengah-tengah masyarakat saat ini, seperti korupsi, kkn, mencuri, merampok, menipu, mencontek, berbohong, menteror, menghina, menyebarkan kabar bohong, hoaks, dan bahkan melakukan pembunuhan sekalipun hanya demi mencapai hasil yang instan.