Nalar ekonomi dan teori-teori perdagangan internasional yang saya pelajari puluhan tahun benar-benar terganggu dan tidak nyaman dengan janji seorang capres tentang Indonesia tidak akan mengimpor apa-apa apabila beliau menjadi Presiden RI pada tahun 2019.
Detik.com memberitakan orasi yang disampaikan dengan gamblang dan lantang itu:
Seorang mahasiswa saya bertanya, "mungkinkah Indonesia tidak akan mengimpor apa-apa lagi?". Lalu, saya luruskan pertanyaannya dengan mengatakan bahwa pertanyaan yang baik adalah "dalam kondisi seperti apakah Indonesia tidak lagi mengimpor apa pun lagi?"
Adakah didunia ini sebuah negara yang tidak mengimpor apa-apa dari negara lain? Negara Amerika Serikat yang sangat maju saja, apakah tidak mengimpor apa-apa dari negara lain?
Malah yang terjadi adalah semakin maju suatu negara maka transaksi perdagangan internasionalnya semakin tinggi dari negara-negara lain. Disana akan ada impor dan ada ekspor. Mungkin saja ada perbedaan yang satu lebih besar dan yang lain lebih sedikit. Neraca perdangannya akan memperlihatkannya.
Lalu apa salahnya bila suatu negara mengimpor sesuatu yang menjadi kebutugannya? Maaf, apakah negara beraliran komunis tidak butuh sesuatu dari negara lain untuk diimpor?
Jadi, tidak masuk akal kalau saat ini suatu negara tidak mengimpor apa-apa. Karena sesungguhnya, ada banyak kebutuhan yang tidak mampu diproduksi sendiri oleh suatu negara sehingga butuh  impor dari negara lain. Demikian juga sebaliknya, saling impor dan ekspor, itulah kenyataan.
Mungkinkah Indonesia tidak mengimpor, jawabannya mungkin saja! Dalam kondisi seperti apa Indonesia tidak impor apa-apa? Jawabannnya adalah "kembali ke zaman batu", "zaman primitive", dimana orang bekerja hanya untuk mencukupi kebutuhannya sendiri, yang terjadi ketika kebutuhan itu belum kompleks, dan orang hidup secara terpisah satu dengan yang lain.
Indonesia tidak perlu impor apa-apa saat tidak membutukan apa-apa dari negara lain. Itu hanya cocok di zaman purbakala, ketika interaksi manusia dengan manusia tidak ada. Tidak ada kebutuhan traveling, tidak ada kebutuhan teknologi dan ilmu pengetahuan, tidak ada kebutuhan  industri.
Jadi kesimpulannnya, tidak mungkin RI tidak mengimpor apa-apa. Karena kebutuhan pembangunan negeri ini masih membutuhkan support dari negara negara lain.