Ditengah-tengah panasnya kasus hoaks yang dilakoni langsung oleh Ratna Sarumpaet dengan melibatkan petinggi partai dan kandidat Presiden Republik Indonesia 2019, diikuti dengan penahanan Ratna Sarumpaet untuk 20 hari kedepan oleh Polisi sejak hari Kamis yang lalu, pertanyaan panas yang perlu dijawab adalah "adakah pengaruh kasus hoaks Ratna Sarumpaet terhadap elektabilitas Capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto?"
Ketika pertanyaan ini saya ajukan kepada sejumlah mahasiswa di kelas mata kuliah metodologi penelitian, mereka serentak menjawab ada pengaruh yang signfikan!Â
Waow, bagaimana kalian bisa sampai kepada kesimpulan seperti itu, apakah kalian memiliki data yang akurat dan telah teruji data itu dengan alat-alat statistik yang valid dan reliable?Â
Kepada mahasiswa, saya menjelaskan bahwa jawaban kalian benar adanya, tetapi sebagai hipotesis saja. Artinya, jawaban kalian hanya sebagai "jaawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empirik melalui alat uji statistik yang valid".
Merekapun mengerti bahwa butuh waktu mengumpulkan data dari responden yang jelas dan representative untuk itu. Sayapun menyarankan bahwa mahasiswa boleh memanfaatkan data-data atau hasil-hasil survey yang dilakukan secara rutin oleh lembaga-lembaga survey yang kredibel untuk diikui dan dianalis lebih lanjut, sambil mengamati terus perkembangan yang akan terus terjadi hingga 6,5 bulan kedepan saat Pemilu diselenggarakan tahun 2019.
Jawaban spontanitas yang diberikan oleh mahasiswa dikelas saya itu, sesungguhnya juga merupakan spontanitas publik negeri ini bila diikuti apa yang sedang terjadi selama dua pekan terakhir ini. Yaitu kasus hoaks yang dilakukan oleh seorang tokoh bernama Ratna Sarumpaet yang mengatakan bahwa dia mengalami penganiayaan sehingga menjadi korban yang sangat berat dan tidak manusiawi.
Namun beberapa hari kemudian, dia sendiri mengaku bahwa dia bohong tentang berita penganiayaan itu, dan meminta maaf kepada publik karena dia telah berbohong dan merasa kasihan dengan orang-orang yang terlibat untuk mendukung kebohongannya itu.Â
Secara kasak-mata, siapapun orang yang normal di negeri ini pasti merasa "marah dan geram" dengan perilaku hoaks ini. Dan dianggap sudah berlebihan, bahkan tidak masuk akal sehat  bahwa seseorang yang sudah nenek-nenek melakukan hal itu. Mengingat RS penyebar hoaks ini sebagai tokoh dan tim sukses nasional dari capres PS, kisahnya menjadi lain dan sarat dengan kepentingan politik bahkan pelanggaran hukum.
Publik semakin berpikir "negatif" terhadap kelompok yang terkait langsung dengan RS, sehingga dipastikan elektabilitasnya akan berpengaruh. Sangat mungkin publik yang selama ini tidak berpihak kepada capres PS, semakin meneguhkan dirinya bahwa memang PS tidak bisa dipilih.
Atau yang selama ini menjadi kandidat pemilih capres PS semakin ragu-ragu dan akan berpindah pilihannya ke capres lainnya. Dengan demikian, apabila dilakuakn survey sangat mungkin elektabilitas capres akan menurun untuk PS dan akan menaik untuk Capres JW.
Elektabilitas Capres Menurun