Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kepulauan Nias dan Stigma Tempat Buangan Pegawai

26 Agustus 2018   21:20 Diperbarui: 9 Oktober 2018   15:36 2468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

APBD bisa lebih besar karena dua kabupaten, kebutuhan personalia pegawai juga bertambah sehingga menjadi kesempatan bagi banyak warga pulau ini menjadi pegawai.

Tentu saja secara ekonomi diharapkan multiplier effecknya bisa mendorong perubahan yang lebih baik.

Perubahan yang terjadi tidak terlalu cepat, karena pembangunan infrastruktur sebagai kunci pembangunan pulau ini, nyaris tidak bergerak.

Akibatnya, mobilisasi sumberdaya dan percepatan perubahan nyaris tidak signifikan. Bahkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan lain sebaginya lebih sering menjadi berita penderitaan masyarakat di pulau ini.

Perkembangan menjadi dua kabupaten di pulau Nias, yang terjadi diawal tahun 2000-an beberapa tahun kemudian. Namun stigma Nias sebagai tempat buangan masih sulit dihilangkan bagi pegawai negeri yang berasal dari luar daerah Nias ini sendiri.

Stigma ini tentu saja tidak salah dan banyak benarnya, karena kondisi infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, dan sebagainya nyaris tidak signifikan untuk mendorong pembangunan yang lebih maju dan baik.

IV

Ungkapan atau pameo yang berkata "bencana membawa nikmat" menjadi betul dan benar dialami oleh Kepulauan Nias pada tahun 2004 dan 2005.

Ketika bencana besar gempa tektonik dan tsumani yang melanda dan memporak-porandakan Aceh dan Nias dan sekitarnya, pada Desember 2004 dan Maret 2005, menjadi titik balik dalam keseluruhan kehidupan di Kepulauan Nias ini.

Gempa dan tsunami itu telah menghancurkan kehidupan di kepulauan ini, sehingga 80% infrastukturnya hancur berantakan.

Bahkan alam dan buminya juga berubah habis-habisan. Dengan korban ribuan orang, puluhan ribu bangunan rumah hancur berantakan, tanah dan swah, ladang, kebun hancur berantakkan, sehingga tidak salah kalau banyak penduduknya merasakan kiamat sedang melanda pulau ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun