Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Matematika Kehidupan, antara Dibenci dan Dibutuhkan

22 Agustus 2018   11:20 Diperbarui: 22 Agustus 2018   13:12 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.brilio.net/news

Matematika Kehidupan, Antara Benci tetapi Mau

Berbicara tentang matematika pasti orang tidak terlalu menyukainya. Apalagi anak-anak disekolah yang tidak menyukai matematika, dipastikan akan menghindar untuk tidak terlibat dalam urusan yang namanya matematika ini. 

Banyak mahasiswa yang gagal pada mata kuliah yang berbau matematika ini. Kalau ditanya mengapa gagal atau tidak lulus mata kuliah matematika, pasti jawabannya, "maaf, saya tidak suka matematika".

Tentu saja, tulisan ini tidak akan membahas tentang mata pelajaran atau mata kuliah matematika, apalagi mau mengajarkan matematika yang penuh dengan rumus mematikan itu, karena sangat banyak dan panjang-panjang pula, dan otak rasanya tidak mungkin menyerap semua.

Sesungguhnya, matematika itu tidak serumit dan sesulit yang dibayangkan banyak orang. Karena matematika itu hanya berputar disekitar angka 0 sampai 9, operasi matematika Tambah (+), Kurang (-), Kali (x), Bagi (:), dan Sama Dengan (=). Kemudian dilengkapi dengan operasi logika, ada Sebab pasti ada Akibat, ada Premis pasti ada Kesimpulan. Yang lain-lain nampaknya hanya turunan, kombinasi, dan penggandaan dari hal-hal mendasar diatas.

Memang betul apabila hal-hal mendasar tidak difahami maka akan menjadi sulit memahami kombinasi apalagi turunan-turunan dari hal mendasar itu. Persoalan sesungguhnya adalah sikap banyak orang yang terlanjur benci pada matematika itu dan memvonis diri tidak faham dan bahkan bodoh matematika itu.

Betulkah ada orang bodoh matematika? Saya piker ini kesimpulan yang salah dan salah besar. Karena tidak ada orang yang bebas dari matematika itu, walaupun hanya  dalam bentuk sederhana saja.

Bicara matematika, betul dan benar selalu berkaitan dan berhubungan dengan ANGKA. Namanya saja matematika, pasti tentang anka 0 sampai 9, dan tambah, kurang, kali dan bagi. Tak ada yang lain. Dan siapapun Anda, tidak pernah bebas darinya.

Mari lihat contoh contoh berikut. Anda beli permen pasti bicara angka berapa rupiah, bahkan Anda tahu benar berapa uang kembaliannya atau kekurangannya. Anda pergi ke kantor atau pergi bekerja, Anda pasti lihat arloji untuk mengetahui pukul berapa sekarang, dan Anda bisa menghitung apakah terlambat atau tidak tiba di tempat kerja. Anak atau istri atau pasangan berulang tahun, Anda pasti tahu angka tahun ulang tahunnya, bahkan tidak hanya itu, Anda bisa menilai apakah Anda sudah tua atau masih muda.

Jadi, betul sekali setiap manusia pasti tidak bisa melepaskan diri dari matematika itu. Bila kesimpulan ini benar, maka harusnya setiap orang harus belajar dan belajar tentang "matematika itu", sesuai kebutuhannya. Bila Anda seorang petani saja yang menggarap sawah dan kebun, saya tidak tahu apakah Anda harus mempelajari Matematika Kalkulus?. Tetapi bila Anda mahasiswa masuk Jurusan Arsitek, maka wajib hukumnya Anda menguasai dengan baik dan sangat baik pelajaran Matematika Kalkulus itu, kalau tidak Anda tidak pernah akan menjadi seorang Sarjana Arsitek itu.

Dalam artikel sederhana  ini mau menyajikan yang namanya "matematika kehidupan", yang sejak beberapa waktu yang lalu sering dishare di sosial media. Bahkan dalam dua hari ini hampir semua group WA membagikannya berkali-kali. Mungkin karena menyambut peringatan Idul Adha yang jatuh pada Rabu, 22 Agustus 2018sehingga orang melakukan refleksi tentang makna hidup yang penuh dengan tantangan dan cobaan. Saya senang membaca point-ponit dalam Matematika Kehidupan ini karena sarat dengan makna spiritual, motivasi dan pembangun semangat yang sudah letih, lesu, dan kurang bersemangat karena deraan dan tekanan kehidupan sehari-hari yang dilewati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun