Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi | Nilai Anda Versus Pekerjaan Anda

22 Juli 2018   16:49 Diperbarui: 4 Agustus 2018   05:59 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada ungkapan bijaksana mengatakan  "apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya". Ungkapan bijak ini bisa juga dirumuskan lebih sederhana dalam bahasa modern, yaitu  "Apa enaknya menjadi presiden direktur tetapi kehilangan anak-anak Anda atau pasangan Anda?"

Bila hal ini ditujukan kepada Anda, apakah kira-kira jawaban yang bisa Anda berikan?

Kalau saya, akan menjawabnya dengan sederhana saja, yaitu  "Tidak ada enaknya sama sekali".

Setiap orang memiliki dua hal ini yaitu pekerjaan dan nilai diri sendiri. Keduanya sangat berbeda tetapi menyatu dan banyak orang sering tidak mampu membedakannya dan karenanya juga salah dalam memilah dan mengelolanya. Yang jelas bahwa "pekerjaan dan nilai diri Anda merupakan dua hal berbeda". Fahami dengan baik bahwa nilai diri Anda berbeda dengan pekerjaan Anda. Jangan dicampur aduk, apalagi salah mengurutkannya.

Kita bisa membuat banyak alasan untuk terlalu banyak bekerja. Terkadang kita menyalahkan kewajiban kita mencari nafkah untuk keluarga. Di sisi lain kita bersikeras berpendirian bahwa karena begitu pentingnya pekerjaan kita, sehingga jika kita memperlambat kerja kita, maka dianggap lalai atau sembrono. Tetapi biasanya, ini soal bagaimana kita menempatkan nilai-nilai yang utama dalam hidup ini. 

Kita mulai menghargai hal-hal yang salah. Lebih tepatnya, kita lebih menghargai banyaknya harta atau barang yang kita miliki di atas segalanya.

Mungkin Anda tumbuh dengan diberi cap bahwa Anda tidak berguna dan ketika Anda bekerja, Anda keluar dari tempat kerja Anda mencoba untuk membuktikan bahwa semua orang salah.

Dan di dalam benak Anda, Anda berkata pada diri sendiri, "Saya akan tunjukkan kepada mereka. Saya akan buktikan jika mereka salah." Dan karena alasan itulah, Anda bekerja keras dan lebih keras lagi, sekedar memberikan bukti bahwa Anda tidaklah seperti yang orang lain duga dan pikirkan sebagai orang yang gagal atau kurang berhasil.

Dan sebagai akibatnya, seberapapun kerasnya Anda bekerja, itu tidak akan pernah cukup buat Anda. Baru saja saat Anda mulai rileks, Anda mendengar suara yang menghantui kepala Anda kembali dan terus mengejarmu, "Ayo, terus kayuh pedalmu. Ada yang menyusul di belakangmu!"

Dan pada bagian inilah sesungguhnya seseorang menjadi terperangkap dan terpenjara dengan pikiran-pikiranya sendiri yang sesungguhnya hanya karena mind-set yang salah tentang nilai dirinya dan pekerjaannya. Memahami seakan hubungannya linier, garis lurus, yaitu ketika pekeerjaannya hebat dan berhasil maka nilai dirinya juga ikut meningkat. Benarklah ? Sesunggungnya, tidak !

Bagian inilah yang harus dikelola oleh seseorang. Yang mau ditegaskan adalah, Anda harus menyingkirkan suara itu. Mengapa? Sebab itu hanya memberi makan pikiran Anda dengan kebohongan. Pikiran Anda akan terus menipu Anda dan terjerumus dalam "penjara pikiran sendiri". Lihat, orang lain sebetulnya tidak pernah memikirkan diri Anda dengan pekerjaan Anda, tetapi Andalah yang menciptakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun