Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karakteristik Pemimpin yang Bermoral, Pemimpin yang Berani

11 Juli 2018   20:14 Diperbarui: 12 Juli 2018   08:44 11254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.gladiatorguards.com/

Berbicara mengenai bisnis tidak hanya suatu perwujudan manfaat ekonomis, tetapi juga berbicara mengenai nilai. Kepemimpinan berdasarkan moral bukan berarti mengesampingkan untung-rugi, nilai saham, biaya produksi, dan hal lainnya, melainkan juga mengikuti nilai-nilai etika yang berlaku dan mengakui pentingnya arti manusia, kualitasnya, dan tujuan yang lebih tinggi.

Henry Ford, seorang pendiri Ford Motor Company,  menyatakan bahwa "Selama ini, orang-orang percaya bahwa satu-satunya tujuan membangun industri adalah untuk menghasilkan keuntungan. Mereka salah. Tujuannya adalah untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat".

Satu-satunya faktor yang paling penting dalam pengambilan keputusan yang etis dalam suatu organisasi adalah apakah seorang pemimpin menunjukkan komitmen  terhadap nilai etika didalam cara berbicaranya dan terutama didalam tingkah lakunya. Ini berarti bahwa seorang pemimpin pada dasarnya adalah pemimpin moral, karena semua sikapnya, cara berpikirnya dan tindakannya akan menjadi panutan dan cerminan semua gerakan orang dalam perusahaan.

Bayangkan kalau pimpinannya memiliki sikap, cara bicara dan gaya bertindak yang tidak baik, tidak etis dan tentu tak bermoral maka semua orang akan menjadi kacau balau didalamnya, dan organisasi ini akan hancur tentunya.

Ada 10 cara sederhana untuk mengamati apakah seorang pemimpin bertindak sebagai seorang pemimpin yang bermoral, yaitu :

  • Mampu bicara dan menjunjung tinggi prinsip moral.
  • Berfokus  hal yang benar,  untuk organisasi dan orang yang terlibat.
  • Menetapkan sikap sebagai contoh.
  • Jujur pada diri sendiri dan orang lain.
  • Mengusir rasa takut dan membuang hal-hal yang tidak penting.
  • Membangun dan mengkomunikasikan aturan-aturan dan etika.
  • Tidak mengampuni tindakan-tindakan yang melanggar etika.
  • Memberi reward untuk orang yang mengikuti etika.
  • Memperlakukan orang dengan keadilan, kehormatan, dan saling menghargai.
  • Melakukan hal yang benar, meskipun tidak ada orang lain yang sedang melihat.

Pada umumnya perusahaan atau organisasi yang baik menetapkan code of conduct bagi semua orang dalam organisasinya. Sebagai kode etik yang yang dihormati, dipedomani dan dihaga dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya kode etik maka organisasi akan terhindar dari berbagai hal yang tidak baik yang sangat mempengaruhi kinerja organisasi keseluruhan. Kode etik bisa disebut juga sebagai nilai utama yang oleh karyawan harus dituruti atau dipatuhi. Contoh kode etik dalam suatu perusahaan :

  • Kepercayaan. Sikap saling menghargai dan percaya antara satu sama lain, dan terhadap pelanggan. Berbicara tentang fakta, dan menghargai opini orang lain.
  • Tidak menghakimi. Melayani pelanggan apa adanya sesuai realita.
  • Akuntabilitas. Melakukan pekerjaan dengan usaha terbaik untuk klien dan pelanggan.
  • Kerja sama. Menjunjung tinggi kolaborasi, kesuksesan berdasarkan kerja sama.
  • Selalu belajar hal baru. Belajar antara satu karyawan dengan lainnya.

Moral leadership merupakan kepemimpinan yang membedakan dengan tepat hal-hal yang salah dan melakukan yang benar; mencari yang adil, jujur, dan baik dalam praktek kepemimpinan. Ini pekerjaan yang tidak mudah bagi seorang pemimpin, dan dipastikan perbedaan setiap pemimpin itu terletak pada kepemimpinan moralnya. Ada yang sangat baik dan kuat tetapi banyak juga yang hanya sekederanya saja dan bahkan sering kandas dan tenggelam dalam kebiasaan yang tidk bermoral.

Secara personal, setiap pemimpin melewati tiga level pengembangan kemampuan moralnya dalam implemntasinya, yaitu (i). Preconventional level,  merupakan tingkat pembangunan moral pribadi  di mana individu egosentris dan prihatin dengan penerimaan penghargaan eksternal dan menghindari hukuman, (ii). 

Conventional level, merupakan tingkat pembangunan moral pribadi di mana orang belajar untuk menyesuaikan diri dengan harapan perilaku yang baik seperti yang didefinisikan oleh rekan kerja, keluarga, teman, dan masyarakat, (iii). Postconventional level,  merupakan tingkat pembangunan moral pribadi di mana pemimpin dipandu oleh seperangkat prinsip yang diinternalisasikan dan diakui secara universal dengan benar.

Pemimpin Moral adalah Pemimpin yang Melayani

Bila dicermati dengan baik sesungguhnya pemimpin yang bermoral akan melnajalankan fungsi dan peran kepemimpinannya dengan menguatamkan modal. Mengutamakan moral berarti memberikan tempat tertinggi bagi orang lain yang dilayaninya, dn bukan dirinya sendiri, dia memimpin dengan melayani dan bukan dilayani. Inilah yang dikenal dengan Pemimpin Pelayan atau Servant Leadership.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun