Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi | Kematian, Akhir dari Segala Kehidupan

14 Juni 2018   01:07 Diperbarui: 14 Juni 2018   06:30 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa bilang bahwa kematian itu menggembirakan ? Siapa bilang bahwa kematian itu tidak menyedihkan dan menyakitkan? Kalau ada yang mengatakan demikian, itu adalah bohong besar. Karena tidak ada kematian yang membawa kegembiraan. Mungkin hanya orang yang kemanusiaannya terganggu saja yang mengganggap kematian itu sesuatu yang membuat kebahagiaan.

Kematian selalu membawa kesedihan yang menyakitkan bagi setiap orang ditinggalkan. Karena secara manusiawi kematian berarti terputus semua hubungan fisik dan emosional  antara orang yang meninggal dengan orang yang ditinggalkan yaitu pasangan hidup, anak-anak, keluarga lainnya dan para sahabat. Bahkan sesungguhnya, setiap orang yang mendengar sebuah berita kematian pasti memberikan dampak kesedihan yang signifikan secara psikis. Saya tidak pernah melihat seseorang yang langsung bergembira dan senang saat mendengar seseorang meninggal dunia. Yang terjadi adalah sebaliknya, sikap dan response seseorang menunjukkan kesedihan.

Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis atau tubuh. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Kesimpulan kuncinya bahwa kematian itu akhir dari segala kehidupan yang ada. Sebab sesudah kematian, maka tiada lagi keberadaan atau eksistensi kehidupan itu. Dia terhapus dalam segala hal yang menyangkut kehidupan.

Kematian itu merupakan misteri. Artinya tidak ada seorangpun yang tahu kapan kematian itu akan datang dalam diri setiap orang. Oleh karenanya setiap orang yang hidup harus sungguh bijaksana mengelola kehidupannya sebelum misteri kematian itu datang. Pemahaman kematian yang hakiki ini menjadi perlu dan mendasar bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya, karena memiliki beberapa makna penting untuk direnungkan dan dipedomani selagi masih hidup, yaitu :

Pertama, setiap orang harus sungguh memahami bahwa batas kehidupan itu ada pada saat kematian. Selagi masih hidup maka hidup itu eksist dan ada dalam ruang dan waktu, tetapi saat ajal tiba maka hilanglah eksistensi dalam ruang dan waktu kehidupan. Banyak orang tidak menyadari dengan sungguh-sungguh sehingga ketika masih hidup, hidupnya tidak dikelola secara bertanggungjawab dan seakan-akan masih memiliki waktu yang panjang untuk hidup bersantai-santai saja. Ini tentu kesalahan fatal, sebab bila disadari  tentu setiap waktu dan kesempatan yang ada akan dimanfaatkan seoptimal dan semaksimal mungkin.

Kedua, ketika seseorang meninggal maka berhenti pula cerita dan perjalanan kehidupannya. Bila ini yang terjadi, yang benar dilakukan oleh seseorang ketika masih hidup adalah menghasilkan buah-buah besar dari perjalanan hidupnya yang akan berguna bagi banyak orang disekitarnya maupun keturunannya. Artinya pula bahwa selagi masih hidup akan terus membuat yang terbaik setiap saat dalam setiap pekerjaannya, terhadap setiap orang, dan didalam setiap waktu dan tempat yang dia lewati. 

Sangat mungkin, mengapa banyak orang hidupnya terasa sia-sia saja hingga mati karena belum menyadari tentang hidup yang eksist dan hidup yang mati. Yang menyadari dengan benar, akan berusaha mencipatkan berbagai legacy atau warisan bagi kehidupan setelah dia mati.

Ketiga, sesungguhnya waktu yang tersedia untuk hidup sangat singkat. Pemahaman banyak orang bahwa memiliki hidup sampai 70-an tahun sebetulnya tidak benar, karena itu adalah hanya asumsi yang disebut usia harapan hidup yang secara statistik menunjukkan angka-angka seperti itu. Apabila difahami bahwa kematian itu misteri yang bisa datang setiap saat kepada setiap orang dalam situasi apapun, maka harusnya cara dan sikap berpikir adalah bahwa hari ini adalah hari terakhir saya hidup karena besok bisa saja kematian akan  menjemput. 

Ada perbedaan yang sangat besar dalam menyikapi hidup dengan asumsi seperti diatas. Dipastikan, kebermaknaan hidup yang lebih baik akan didapat dan ditemui pada orang yang memiliki sikap yang benar bahwa hari ini sesungguhnya adalah akhir dari hidup saya, karena besok belum tentu saya hidup. Dan oleh karenanya, segala yang terbaik akan dicurahkan dan dilakukan pada hari ini juga.

Kehidupan Setelah Kematian ?

Dalam berbagai kepercayaan ataupun agama yang dianut, diyakini bahwa setelah kematian akan dilanjutkan dengan kehidupan yang lain. Difahami ada kehidupan sesudah kematian itu sendiri. Dan karenanyalah, maka setiap orang tidak memiliki ketakutan  akan kematian itu sendiri, karena toh akan berlanjutlah kehidupan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun