Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Persaingan Bisnis Sesungguhnya Mengelola Loyalitas Karyawan

22 Mei 2018   09:58 Diperbarui: 22 Mei 2018   19:50 4535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: lifestyle.kompas.com

Persaingan dalam dunia bisnis saat ini sudah berada pada level yang sangat ketat dan kompleks. Perubahan lingkungan yang terjadi sebagai penyebab kunci munculnya persaingan bisnis yang semakin sengit.

Lingkungan bisnis yang dihadapi kini, tidak lagi terkotak-kotak tetapi telah menyatu dan bercampur aduk dengan berbagai factor, baik factor bisnis maupun non bisnis. 

Lingkungan global yang berubah dengan kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi menyebabkan dunia ini menjadi sebuah "Global Vilage" atau "Desa Dunia" yang kelihatannya semakin kecil karena terhubung dengan mudah dan cepat dengan media komunikasi yang sangat canggih. 

Menariknya, perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis, terjadi begitu cepat dan sulit untuk diprediksi apa yang akan terjadi kemudian. Apalagi untuk jangka panjang, bahkan untuk jangka pendek saja banyak hal sulit diduga akan terjadi. 

Situasi seperti ini, menyebabkan munculnya pemahaman baru yaitu munculnya "era disruption". Banyak hal terjadi bukan lagi dalam bentuk linier lurus kedepan, tetapi dalam bentuk garis putus-putus.

dok.pribadi
dok.pribadi
Agar mampu bertahan dalam lingkungan yang berubah dangan dahsyat dan turbulensi kencang ini, perusahaan harus mampu mengelola diri secara smart dan strategis. Pendekatan-pendekatan "kuno" nan "serba tradisional" tidak lagi bisa diandalkan menghadapi kompetisi yang semakin menggila ini. 

Menariknya adalah penguasaan teknologi semakin merata dimiliki oleh orang-orang pada umumnya. Terutama ketika teknologi yang dirancang menjadi familiar dengan semua orang. Artinya, bisa dioperasikan oleh semua orang dan mampu mengelola dalam pekerjaan sehar-hari. 

Contohnya saja adalah teknologi dibidang komunikasi, semua smartphone bisa digunakan oleh semua orang, mulai dari anak-anak hingga orangtua. Dengan menekan satu tombol saja bisa menggunakan handphone. Teknologi sudah mencapai level yang luar biasa berkembang dan akrab dengan "users"nya.

Nampaknya, persaingan bukan lagi di bidang teknologi yang dengan mudah dan cepat dipahami, dikuasai dan dijalankan oleh setiap orang. Persaingan sesungguhnya terletak pada "sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap perusahaan". 

Dulu orang yang bekerja dianggap sama sebagai salah satu faktor produksi saja, yang suatu saat bisa saja dikeluarkan dari perusahaan bila tidak digunakan. Tetapi sekarang, orang yang bekerja dalam perusahaan, sebut saja tenaga kerja atau karyawan adalah "Human Resources" dan "Human Capital". 

Orang yang bekerja dalam perusahaanlah yang menentukan mati hidupnya, maju-mundurnya suatu perusahaan. "The man behind the gun, is the man behind the system". 

Saya pikir ini benar adanya. Karyawan dikembalikan pada hakekatnya sebagai "manusia" ciptaan Sang Khalik, yang mereka "pikiran, jiwa, raga dan pengetehuan dan ketrampilan agar peradaban di bumi dan di dunia ini terus berkembang dan maju".

Perusahaan tanpa karyawan sama saja bohong, tidak akan berfungsi dan berjalan. Banyak masalah dalam perusahaan hingga perusahaan bangkrut hanya karena tidak terurus dan dikelola dengan benar karyawannya. 

Saat ini, era dimana karyawan menjadi sumber daya utama yang harus dijaga, dikembangkan, diberdayakan, dibuat mereka betah bekerja dan mencapai kepuasan kerja yang tinggi, dimonitoring agar karyawan jangan keluar atau keluar-masuk.

Kemudian, yang menjadi kata kuncinya adalah "Loyalitas Karyawan". Diyakini pada saat karyawan mencapai kepusan yang tinggi dalam perusahaan maka tidak akan memiliki niat untuk berencana keluar perusahaan. 

Mereka akan memiliki kesetiaan pada perusahaan, dan dengan semangat akan bekerja dengan antusias serta sekuat tenaga memberikan yang terbaik bagi perusahaan.

Dalam literatur Manajemen Sumber Daya Manusia dipahami konsep Loyalitas Karyawan ini sebagai salah satu variabel penting dan dasar.

Loyalitas itu pada dasarnya adalah sikap kesetiaan, kesanggupan melaksanakan dan mengamalkan sesuatu disertai dengan tanggung jawab dan kesadaran, serta berusaha membela perusahaan dari tindakan yang merugikan organisasi. Jadi, karyawan yang loyal itu biasanya memiliki sikap kesetiaan, kesadaran melaksanakan, tanggung jawab, serta berusaha menjaga nama baik.

Kalau diringkas maka ciri-ciri yang dimiliki oleh karyawan yang setia kepada perusahaan, antara lain:

[a]. Bertanggung jawab, artinya mampu mengembangkan tugas dengan benar, berani mengambil resiko apapun yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan walaupun menyakitkan. 

[b]. Mau berkorban untuk kepentingan bersama atau organisasi karena merasa memiliki organisasi yang harus diperjuangkan bersama. 

[c]. Berani menjadi dirinya sendiri, memiliki sikap percaya diri yang tinggi, mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. 

[d]. Selalu melibatkan diri di setiap kegiatan yang diselenggarakan organisasi. 

[e]. Karyawan senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang disampaikan oleh pemimpinnya maupun para karyawan yang lain. 

[f]. Karyawan secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya. 

[g]. Karyawan selalu bicara, bersikap, dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya. 

[h]. Karyawan menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama karyawan dan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan. 

[i]. Karyawan tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik rekan-rekan seprofesinya dan menunjang martabat karyawan yang lain baik secara keseluruhan maupun secara pribadi. 

[j]. Karyawan secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan organisasi karyawan professional sebagai sarana pengabdiannya. 

[k]. Karyawan melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan organisasi.

Jadi, harusnya pimpinan perusahaan ataupun organisasi manapun, bila mau perusahaan tetap bertahan dan memenangkan persaingan, kuncinya adalah pelihara, jaga dan kembangkanlah loyalitas karyawan itu. Ada banyak pemborosan yang bisa dihindari, dan efisiensi pengelolaan perusahaan dicapai dan dengan demikian performan perusahaan pun bisa terjaga terus menerus.

Nampaknya, inilah yang sekarang dilakukan oleh banyak perusahaan. Melakukan investasi besar-besar bagi pengembangan sumber daya manusia yang dimilikinya. 

Karyawan tidak lagi hanya bekerja seperti mesin saja. Tetapi karyawan harus dikembangkan dengan cara memberikan kesempatan mengikuti pendidikan, pelatihan, training, magang, seminar, kuliah atau sekolah lagi, dan seterusnya. Karyawan bisa menentukan bidang mana yang dikembangkan sesuai dengan talentanya dan dibutuhkan oleh perusahaan.

Situasi seperti ini semakin terasa ketika dunia bisnis memasuki era generasi milenial, yang orientasinya pekerja-pekerja mandiri. Hasil-hasil riset menunjukkan bahwa, generasi milenial ini hanya mampu bertahan bekerja dalam suatu perusahaan paling lama 4 tahun. 

Setelahnya mereka akan berpindah-pindah, hingga mandiri dalam bekerja. Itu sebabnya, start-up bisinis sekarang ini berkembang dengan cepat oleh generasi mileniel yang didorong oleh perkembangan sistem bisnis berbasis aplikasi ataupun online.

Pertanyaan praktisnya adalah bagaimana cara mengelola agar karyawan itu memiliki loyalitas kerja yang tinggi? Ini pertanyaan yang harus direspons dan dijawab oleh para Pimpinan atau Direktur/Manajer setiap perusahaan. 

Tak bisa dihindari, bahwa semuanya sangat tergantung dari leadership style yang dikembangkan oleh Manajemen Perusahaan masing-masing.

Dalam artikel terbarunya, Brigette Hyacinth -- Penulis buku terbaru berjudul "The Future of Leadership : Rise of Automation, Robots and Artificial Intelligence" mengatakan bahwa bila Anda  menghendaki karyawan yang loyal, maka hentikan kebiasaan membuat segalanya menjadi rumit, 

"If you want Loyal Employees -- Stop making things so complicated".

Saya pikir Brigette benar adanya, kemajuan teknologi -- informasi dan komunikasi saat menunjukkan bahwa semuanya menjadis serba sederhana dan serba praktis. Dan membuat menjadi rumit, hanya akan menyebabkan perusahaan akan ketinggalan dari pesaing-pesaingnya. Jadi, hentikan kebiasaan membuat rumit.

Selanjutnya, Brigette mengingatkan ada 7 tanda perilaku Manajer yang suka membuat sesuatu menjadi rumit:

  • Membuang waktu karyawan di beberapa pertemuan yang tidak berguna
  • Tidak mendelegasikan atau memberdayakan karyawan, lebih menyukai micromanage
  • Sangat menjunjung tinggi hierarki organisasi
  • Tidak fleksibel dan lebih fokus pada pita merah, "always go by book"
  • Ambil sistem yang baik tetapi merubahnya menjadi kekacauan demi perbaikan
  • Menahan informasi untuk menunjukkan mereka yang lebih pinter
  • Tidak melatih karyawan karena takut disaingi oleh karaywan.

Bila tanda-tanda diatas merajalela ada dalam suatu perusahaan atau organisasi, percayalah bahwa perusahaan ini akan kalah dalam menghadapi pesaing-pesaingnya. Tidak bida ditawar, bila mau bisa bertahan dan bahkan menjadi pemenang dalam persaingan, tanda-tanda ini harus menjadi "lampu merah". Peter Drakur mengatakan "Manajemen adalah menangani kompleksitas, tetapi kepemimpinan itu menciptakan kesederhanaan". 

Dengan kata lain, menjaga hal-hal sedehana memberikan makna menjaga agar karyawan tetap bekerja secara efektif dan efisien. Karena hal-hal yang rumit akan menguran habis-habisan tenaga mental dan fisik karyawan. Sehingga harus dihindari karena hanya membuat karyawan stres, tidak puas dan pada akhirnya tidak nyaman bekerja dan tak loyal dan akan keluar mencari yang lebih nyaman.

Pimpinan harus lebih proaktif, dan kreatif dalam mengelola karyawan untuk tetap loyal. Tidak bisa lagi dengan cara-cara kuno, tetapi harus terus update dengan perkembangan yang ada. 

Beberapa hal mungkin bisa menjadi panduan yang perlu dilakukan oleh pimpinan untuk menjaga loyalitas karyawan itu, antara lain: Hubungan yang erat antara karyawan, menjaga saling keterbukaan dan hubungan kerja; Saling pengertian antara pimpinan dengan karyawan; Memperlakukan karyawan tidak sebagai buruh, tetapi sebagai rekan kerja; Pimpinan berusaha menyelami pribadi karyawan secara kekeluargaan, dan Rkreasi bersama seluruh anggota perusahaan.

Dalam narasinya, Brigette menyimpulkan bahwa seorang Manajer yang baik memiliki dua priortitas kunci, yaitu:

1. Hapus semua rintangan yang tidak perlu dari jalur bawahan Anda, sehingga karyawan memiliki peluang lebih besar sukses, 

2. Berikan dukungan sebanyak mungkin (waktu, sumber daya, upaya) sebanyak mungkin untuk meningkatkan peluang Tim Anda untuk berhasil. Bila ini Anda yakini, maka semua prioritas lainnya harus diikaat oleh dua prioritas diatas.

Ricahard Branson mengatakan Take care of your employees and they will take care of your business. It's as simple as that!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun