Di setiap perjalanan safar Umroh seseorang selalu membawa kisah dan pengalaman yang kadang terjadi diluar logika, bagi dirinya sendiri maupun bagi orang yang mendengarnya. Banyak yang bilang "amal kebaikan atau kebiasaan kita selama di tanah kelahiran sendiri akan Allah balas atau tampakan di sini".
Bahkan do'a yang baru terbesit di dalam hati saja akan dikabulkan tentu atas seizin Allah. Sangking dahyatnya berdo'a di Kota suci umat Islam di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
Termasuk kisah yang aku alami tanggal 26 Agustus 2024 ketika di Masjid Nabawi, semoga dengan tulisan ini sebagai bukti bahwa Allah mengizinkan berbagi pengalamanku. Berharap ada kebaikan, hikmah dan pelajaran yang bisa diambil oleh para pembaca. Aamiin
Hari itu selepas ziarah wada (ziarah perpisahan) dengan Rasulullah walaupun tak masuk lagi ke Raudoh. Rombongan kami hanya di pelataran sambil memandang Kubah Hijau yang indah, kubah yang menandakan di sanalah Rasulullah bersemanyam.
Ah... kenapa secepat ini aku harus meninggalkan tempat ini, merasakan sedekat ini dengan Rasulullah. Yang setiap solat kita sebut namanya, setiap berdo'a dan setiap dzikir.
Rasa syukur terucap tiada henti, lelehan air mata, rasa haru campur aduk. Tempat saksi perjuangan dakwah Rasulullah dan para sahabatnya. Tempat yang dirindukan, dimimpikan dan tempat terindah di dunia yaitu Masjid Nabawi.
Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Sholat di masjidku ini lebih baik seribu sholat di banding dengan sholat di masjid-masjid yang lainnya, kecuali Masjidil Haram (karena sesungguhnya ia lebih utama)”.
Kenapa begitu indah dan menjadi sebuah cita-cita besar bagi umat Islam karena di tempat ini Rasulullah manusia mulia hidup, berjuang dan dakwah.
Banyak orang yang rela berkorban harta dan rela meninggalkan anak, istri, suami, orangtua bahkan rela menunggu bertahun-tahun demi bisa bertamu, mengziarahi Rasulullah.