Lelehan air mata disaat berdo'a, mengucap syukur tiada henti. Masih tak menyangka bisa solat di Masjid Rasulullah, masih tak menyangka diantara jutaan umat Rasul aku termasuk diantaranya yang bisa solat di sini.Â
Terbayar sudah penantian selama 12 tahun bisa menemuimu Ya Rasulullah, bisa mengucapkan salam langsung di depan bersemanyamnya jasadmu. Melihat dan merasakan sampai ke memori paling dalam. Berharap melekat sampai jasad ini lepas dari ragaku.
Ada rasa gemuruh dihati, rasa tak karuan diantara sekian banyak do'a membayangkan bagaimana Jika Allah mempertemukanku dengan muslimah Palestina?Â
Permintaan do'a yang aku minta, mustahil bisa bertemu bukankah Palestina masih belum berakhir  dijajah oleh zionis laknatullah?. Ragu.
Ya Allah... 1 tahun sudah Gaza membara berlumuran darah, tempat tinggal sekolah, rumah sakit, masjid dan lainnya hancur porak poranda. Lebih dari 43.000 saudara kita syahid di sana. Pria,wanita dan  Anak-anak.
Dunia menyaksikan, kami menyaksikan bahkan pemimpim negeri-negeri muslim melihatnya. Tapi mereka diam, mereka bungkam. Dimana umat Islam, umat Rasulullah? Aynal Muslimun?
Bukankah Rasulullah berpesan lewat sabdanya   "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). ' (HR. Bukhari dan Muslim).
Ya Rasulullah... apa yang aku bisa lakukan selain do'a, bahwa aku tak diam, walaupun hanya lewat tulisan ini aku berisik, aku bersuara.
Ya Allah... Ya Rasulullah di masjid ini aku berdo'a meminta dipertemukan dengan saudariku muslimah Palestina.Â
Aku pingin bilang  ya Allah ya Rasulullah " wahai saudari jauhku yang tersekat jarak namun dekat di hati, yang disatukan oleh ikatan akidah, maafkan aku, maafkan kami  saudaramu di Indonesia, kami terhalang oleh pemimpim kami.
Ya Allah... Ya Rasulullah aku pingin memeluknya dengan erat, dan membisikannya dengan kekuatan, bahwa dia dan saudaranya di Pelestina tidak sendirian, mereka punya Allah yang kapan saja bisa menggeraka  hati pemimpin kami untuk mengirimkan tentara-tentaranya ke sana.