Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saling Rebut Basis NU

17 September 2023   01:50 Diperbarui: 17 September 2023   02:36 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saling claim, tarik menarik dan berebut isyarat politk basis Nahdlatul Ulama (NU) akhir-akhir ini sontak menjadi perbincangan hangat. Saling rebut DNA terjadi, mana dan siapa yang lebih memiliki kedekatan secara biologis, sosial dan aspek ideologis yang melekat pada kalangan NU. Manuver Cak Imin merapat dengan kubu Anies misalnya, berkaca dengan angka-angka politik basis NU, sampai hari ini pemilih NU memiliki tendensi cukup berjarak dengan Anies Baswedan bahkan Muhaimin Iskandar. Hal tersebut sulit terbantahkan, ada tembok tebal yang sebenarnya membuat kawan-kawan NU (Nahdliyin) memiliki hasrat politik untuk tidak memilih Anies Baswedan, itu karena tidak terlepas dari irisan ideologi, visi misi dan come on platform yang berbeda.

Anies misalnya, di asosiasikan sebagai figure yang condong dekat kepada kelompok-kelompok islam kanan sementara NU dalam konteksnya lebih dekat pada Islam Nusantara, maka dalam konteks itulah kemudian kita dapat membaca, terlepas perihal figure NU atau bukan NU, yang terpenting adalah bagaimana calon-calon yang ada meyakinkan pemilih NU.

Ganjar pranowo, pintu masuk ke kalangan Nahdliyin mungkin bisa dari PPP karena banyak juga pemilih partai tersebut dari NU, kemudian istrinya yang orang tau berasal dari keluarga besar NU Jawa tengah. Kemudian Anies, pintu masuknya tentu PKB dan Prabowo mungkin nanti akan memanfaatkan pundi-pundi electoral Erick Tohir untuk melakukan penetrasi didalam, mengingat Erick sudah disebut PBNU sebagai salah satu Bacawapres yang direkomendasikan.

Problemnya adalah siapapun figure yang paling kuat meyakinkan basis konstituante nya, itulah yang akan memenangkan pertarungan.

Jika kita membaca surveinya Kompas, SMRC, ataupun potret survei yang dilakukan oleh parameter pada bulan Juni lalu, memang mayoritas pemilih NU kepada Ganjar Pranowo. Sebagian lainnya kepada Prabowo, terutama disaat Cak Imin masih bergandengan mesra bersama Prabowo. Namun, setelah  Cak Imin hengkang dan angkat kaki lalu pamer kemesraan dengan Anies, apakah masih terdapat sisa-sisa keberkahan electoral untuk Prabowo?

Tinggal saja di uji saat sekarang Cak Imin menjadi bagian dari Anies, basis konstituante NU yang selama ini berjarak kepada Anies secara perlahan bermigrasi dan Hijrah mendukung Anies atau tidak. Tentu, PKB memiliki konsultan internal perlu berhitung ulang, berdasarkan survey internal pasti dapat menjelaskannya. Tapi, jarak psikologis antara NU dan Anies dari dulu sampai sekarang temboknya agak tebal untuk ditembus. Tinggal bagaimana ikhtiar politik yang dapat dilakukan, pada saat bersamaan pula Ketika PBNU mennyatakan bahwa pilihan politik NU bukan hanya PKB, tetapi bisa jadi ke PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, Demokrat atau partai lainnya secara tidak langsung mengurangi soliditas NU yang tidak bisa dikatakan terasosiasi pada figure tertentu.

Tentunya jalan terjal, mendaki dan berliku yang harus dilewati oleh Cak Imin bahwa meyakinkan NU adalah pilihan politiknya PKB. Hanya waktu yang dapat menguji, kerja politik, sosialisasi-sosialisasi politik yang meyakinkan kalangan Nahdliyin lah ukurannya. PDI Perjuangan, Gerindra dan Golkar semisal, punya juga kader, caleg kepala daerah, basis konstituante dan strukturnya pun punya dari kalangan NU. Oleh karena itu, NU menjadi barang seksi dengan susunan anatomi kekuatannya sudah terdistribusi kebanyak tempat, tidak hanya terafiliasi ke PKB, dengan 95 juta anggotanya yang tersebar. Artinya sekitar 46.3% suara dimiliki NU dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) pemilu tahun 2024 sebanyak 204.807.222 suara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun