Mohon tunggu...
Muhammad YunusAbdillah
Muhammad YunusAbdillah Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sehat

Sedang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Orangutan, Bekantan hingga Pesut Mahakam Terancam Punah karena Proyek Pembangunan Ibu Kota Baru

14 April 2022   04:34 Diperbarui: 14 April 2022   04:37 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Proyek pembangunan ibu kota negara baru atau IKN di Kalimantan Timur mengancam kelangsungan hidup makhluk yang tinggal di sana. Dari darat hingga laut, hal ini dikarenakan kemungkinan besar dampak negatif dari pembangunan IKN. Orangutan kalimantan masuk ke dalam daftar orangutan yang jumlahnya semakin berkurang setiap tahunnya.

Tiga spesies, yaitu orangutan Sumatera, orangutan Kalimantan dan orangutan Tapanuli, telah terdaftar sebagai spesies yang hampir punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Diperkirakan hanya tersisa 139 orangutan di Borneo Orangutan Survival (BOS) Samboja Lestari, Kalimantan Timur saat ini. Selain orangutan, bekantan juga terancam oleh proyek pengembangan IKN seluas 256.142 hektar. Menurut Grup Pengelola Mangrove Center Graha Indah Balikpapan pada 2018, hanya tersisa 300 individu.

Beralih ke perairan yang juga terancam adalah Pesut Mahakam atau lumba-lumba air tawar  yang hidup di Teluk Balikpapan. Status konservasi Pesut Mahakam telah dinyatakan kritis dengan empat lumba-lumba ditemukan mati hingga April 2019. Pada tahun 2018, perairan Teluk Balikpapan tercemar tumpahan minyak mentah sebanyak 400 barel dari Pertamina. Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengklaim tumpahan tersebut mengancam satwa yang dilindungi, yakni Pesut Mahakam dan bekantan. Jika pengembangan proyek IKN terus berlanjut, aktivitas di Teluk Balikpapan akan meningkat, tetapi satwa langka dan para nelayan yang terperangkap di sana akan benar-benar terancam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun