Mohon tunggu...
Yunriza
Yunriza Mohon Tunggu... Guru - Belajarlah dari kegagalan, jangan jadi pecundang

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku dan Makku (In Memoriam)

2 Desember 2020   15:59 Diperbarui: 2 Desember 2020   16:20 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika sore hari aku dan sodara ku yang lain tidak akan ada yang berani keluar rumah lagi, apalagi ketika sudah mulai waktunya magrib tiba. Semua sudah siap-siap untuk melaksanakan sholat magrib, karena mak bilang, hidup di dunia ini bukan kita saja (manusia) masih ada mahluk lain (mahluk halus) begitu kata mak, jadi waktu nya mereka keluar pada saat magrib. Itu kata mak yang juga masih ku ingat sampai sekarang.  

Meskipun kami anak perempuan mak belum mempunyai mukena,tidak menyurutkan niat kami untuk tetap melaksanakan sholat, kami sholat menggunakan kain sarung yang di buat menyerupai mukena. Begitulah kesederhanaan keluarga kami. Alhamdulillah begitu juga yang aku terapkan kepada anak-anak ku.

*****

Ibu, sekolah pertama ku...

Beranjak usia remaja, masih ingat ketika pertama kali haid (menstruasi) dengan wajah cemberut aku tidak mau keluar dan bermain apalagi mengerjakan pekerjaan rumah. Mungkin mak merasa heran dan bingung maka mak mendekati ku dan mulai bertanya, kenapa Ra? "Kok mak perhatikan dari kemaren Ara banyak diam kata mak " dengan sangat malu dan berat sekali bibir ini untuk mulai bicara, namun akhirnya keluar juga ucapan ku meskipun itu pelan. Aku bilang " Mak, di celana dalam Ara ada darah nya. Mak tersenyum dan dia menjawab, " itu tandanya anak mak sudah mulai besar dan tidak boleh dekat dengan laki-laki ya Ra, sebab Ara sudah mulai ada dosanya." Itu lah jawaban bijak mak saat itu. Padahal aku pun tidak mengerti apa yang di maksud kan mak.

Kemudian mak memberitahu dan mengajari banyak hal tentang bagaimana cara membersihkan dan merawat diri sesuai anjuran agama, jika sudah habis masa haid bagaimana caranya mandi wajib nya.

Mak bukan lah perempuan terpelajar yang mempunyai gelar sarjana, namun di mata ku dan keluarga Dia adalah wanita yang cerdas, sebab dia tahu segalanya. Setiap pertanyaan yang aku lontarkan pada mak, selalu dijawab dengan bijak selama pertanyaan ku tidak menyangkut pelajaran sekolah.

Mak hanya sekolah sampai kelas tiga SD, tetapi menurutku mak adalah seorang perempuan yang begitu banyak tahu melebihi seorang sarjana. Bagaimana tidak, pengalaman yang menuntut mak untuk menjadi kuat, cerdas dan bijak.

*****

Ibu, sekolah pertama ku

Keluarga ku memang keluarga yang sangat sederhana, meskipun sehari-harinya kami makan nasi dan lauk ala kadarnya tetapi alhamdulillah aku dan saudara ku belum pernah tidak makan dalam sehari, salah satu bukti mereka adalah orang tua yang bertanggung jawab. Mereka tidak akan pernah membiarkan kami kelaparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun