Masalah gizi merupakan salah satu masalah yang masih menjadi perhatian dari pemerintah. Terutama masalah gizi yang berkaitan dengan stunting karena sampai saat ini stunting belum sepenuhnya bisa diatasi. selain itu kondisi stunting pada anak dapat mempengaruhi kemampuan anak tersebut ketika menjadi dewasa sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap generasi penerus bangsa nantinya. jika generasi baru yang berasal dari anak-anak yang stunting tentunya akan menghasilkan pemuda/pemudi yang kurang bisa bersaing dengan bangsa lain yang berakibat kemunduran dari kualitas sumber daya manusia kita.Â
sebenarnya apa itu stunting? Stunting atau kekurangan gizi kronis adalah masalah gizi akibat kekurangan asupan gizi dari makanan yang berlangsung cukup lama. Stunting masih menjadi masalah gizi utama di negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data dari SSGBI tahun 2021, prevalensi balita stunting di Indonesia menurun dari tahun 2019 hingga 2021 yaitu dari 27,67% menjadi 24,4%. Dalam upaya penurunan prevalensi stunting ini, pemerintah banyak mengeluarkan program untuk mewujudkannya.
Kejadian stunting akan memberikan dampak yang tidak baik bagi balita. Dampak stunting jangka pendek berupa perkembangan fisik dan mental terganggu, kecerdasan menurun, hingga masalah metabolisme. Sedangkan, dampak stunting jangka panjang berupa menurunnya kemampuan kognitif, menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh rentan terserang penyakit, dan berisiko terserang penyakit degeneratif seperti diabetes militus, penyakit kardiovaskular, kanker, stroke, serta tidak dapat bersaing dalam bekerja yang akan berakibat pada rendahnya produktivitas.
Stunting pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, panjang badan pada saat lahir, kecukupan makronutrien (protein, karbohidrat) dan mikronutrien yaitu (kalsium, vitamin A, zat besi dan zinc). Faktor utama penyebabnya ialah tingkat kecukupan protein. sehingga sangat penting untuk mendapatkan gizi yang cukup selama 1000 hari pertama kehidupan dimulai sejak saat ibu hamil sampai pada anak berusia dua tahun. pemenuhan gizi ini tidak harus dengan makanan yang mahal dan makanan yang diimport tapi dengan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam ini kita bisa menemukan sumber makanan lokal yang sangat bergizi bahkan yang gizinya lebih tinggi dari sumber makanan yang diimport seperti ikan kembung dan daun kelor yang sangat mudah untuk didapatkan dan juga harganya murah.
beberapa intervensi atau program gizi yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk pencegahan stunting yaitu edukasi gizi melalui pelatihan, penyuluhan dan konseling pada ibu, wanita usia subur atau calon pengantin dan kader, pembentukan kelompok belajar bagi ibu-ibu balita, dan pemberian makanan tambahan pada balita. hal ini dapat dilihat di https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/download/32642/22537/171927
intervensi dari pemerintah ini tidak akan berjalan dengan baik jika sebagai masyarakat terutama orang tua acuh terhadap masalah stunting ini terutama acuh terhadap pemenuhan gizi anak-anak kita sebagai penerus bangsa. oleh karena itu saya sangat berharap para orang tua, calon orang tua, bahkan pengantin baru yang berencana untuk mempunyai anak agar bisa memberi perhatian penuh dalam hal ini sehingga kita bersama-sama dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang dapat bersaing di dunia internasional dan dapat membangun Indonesia menjadi bangsa yang besar dan maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H