Mohon tunggu...
Bachtiar Yunizel
Bachtiar Yunizel Mohon Tunggu... Administrasi - Sales Communication Coach

Founder Citra Reksa Tama Education & Business Event, Sales Communication Coach, Trainer lapangan para penjual Sang pembelajar menulis sejak 1993

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajaran dari Palu

1 Oktober 2018   10:26 Diperbarui: 1 Oktober 2018   12:41 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar duka itu datang dari bumi Sulawesi. Kota Palu dan kabupaten Donggala di terjang gempa dengan kekuatan 7,4 Skala Richter di sertai gelombang Tsunami beserta ratusan gempa susulan. Bangsa ini tentu saja berduka dan bersimpati yang luar biasa dari bencana ini. Baru saja lombok mulai berbenah, bencana itu kini menimpa Palu dan Donggala

Sejumlah headline media masa yang terbit Senin Awal Oktober ini memberitakan bahwa jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 800 orang. Angka ini di perkirakan masih akan meningkat. Sebab relawan masih berjibaku mengevakuasi korban. 

Dari rentetan bencana yang melanda nusantara, ada baiknya kita mengingat kembali temuan para ahli. Salah satu kesimpulan penting yang mesti kita sadar betul adalah bahwa kita tinggal di daerah yang rawan bencana. Potensi bencana alam kita tidak hanya datang dari atas bumi seperti longsor dan letusan gunung, yang nota bene bisa di lihat dengan mata kepala. Potensi bencana di Indonesia juga berasal dari dalam laut, yang tidak semua orang bisa melihatnya. 

Sekali lagi, kita tinggal di daerah yang sangat rawan bencana. Tidak ada satu ilmu pun yang bisa mengalihkan dan mengeliminir bencana. Bencana itu alamiah yang akan datang dan pergi sesuai dengan perintah Tuhan, yang kepada kita tidak bisa di beri tahu. 

Menghadapi masalah ini, yang dapat kita lakukan adalah menyadari dengan lebih baik fenomena ini. Jika kita mampu menyadari bahwa kita tinggal di daerah rawan bencana, maka yang paling penting dilakukan memahami tanda tanda akan datangnya bencana alam. Dengan meningkatnya sensitivitas akan tanda tanda alam, akan mampu mengurangi resiko dampak bencana.

Masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah edukasi dalam menghadapi bencana. Masyarakat sering bingung ketika bencana melanda. Tidak saja masyarakat, pemerintah dan badan terkaitpun tidak jarang pula menghadapi kebingungan yang sama. Masyarakat bingung bagaimana menyelamatkan diri. Pemerintah bingung bagaimana menyalurkan bantuan. Sehingga Mendagri pun mempersilakan masyarakat mengambil dari toko-toko yang dtinggal penjaga nya. 

PErsoalan diatas sebagai dampak serius minimnya edukasi bencana di Indonesia. Masyarakat menjadi tidak banyak tahu akan langkah yang harus mereka lakukan ketika bencana itu datang. Kondisi ini menjadi semakin parah ketika memang masyarakat Indonesia lumayan susah di kasih tahu tentang sesuatu. 

Peristiwa Palu mestinya mendorong semua elemen yang ada untuk secara sungguh sungguh memperhatikan masalah edukasi menghadapi bencana kepada segenap lapisan masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun