[Jangan mudah percaya dengan kata orang, Pus. Nanti takutnya kamu menyesal.]
Awalnya aku diam, hingga beberapa kian lamanya, jemari ini mengetikkan balasan.
[Iya, aku paham. Terima kasih sudah diingatkan,] balasku sambil tak lupa menaruh emot orang tersenyum bahagia.
[Jadilah juga yang bisa memberi manfaat pada orang lain, Pus.]
[Akan aku usahakan,] balasku tanpa menunggu balasan.
Memang benar, seorang teman itu tak pernah lagi datang. Sampai waktu berlalu, teman yang pernah menyapaku saat mau beli nasi dengan yang memberiku nasihat akhirnya saling bertegur sapa di kolom komentar.
"Loh! Kalian saling kenal?" tanyaku keheranan.
Mereka pun membalas secara bersamaan. Mungkin hanya beda seperdetik sekian.
"Hahaha, kami saudaraan, Pus," jawab salah satu di antara mereka yang menggunakan nama lelaki.
"Oy oy oyyyy ... betulkah itu? Masya Allah sekali, ya?" kataku sengaja menekankan tanda tanya di belakang.
"Iya, Pus. Kami saudaraan," jawab akun si perempuan pula sambil mengirim stiker acungan jempol.