Mohon tunggu...
Yuni Tri Darmayanti
Yuni Tri Darmayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAILM, Fakultas Dakwah, Prodi Ilmu Tasawuf

insan akademik sufistik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membumikan Tasawuf, dan Memadukannya dengan Psikoterapi

4 Januari 2024   19:29 Diperbarui: 4 Januari 2024   19:38 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kadang kita bingung, kan, gimana sih cara kita hadapi permasalahan kejiwaan ? Ada yang mencoba meditasi, yoga, jalan-jalan atau berbagai terapi modern lainnya. Tapi pernah gak kepikiran untuk mencoba memadukan tasawuf, aspek spiritual dalam Islam, dengan psikoterapi?

Sebenernya, tasawuf dan psikoterapi punya banyak kesamaan, lho. Pertama-tama, keduanya fokus ngebantu kita urus permasalahan kejiwaan. Tasawuf, yang udah ada sejak zaman Islam awal, selalu ngejelasin cara kita bisa tingkatkan kualitas hidup dan perilaku kita. Konsep-konsep kayak takut (khauf), cinta (mahabbah), kerelaan (ridha), zikir (mengingat Tuhan), sampe gak tergantung sama hal duniawi (zuhud) jadi landasan tasawuf.

Bukan cuma itu, tujuan tasawuf sama kayak psikoterapi, yaitu mencapai kesehatan mental dan perilaku positif. Gak cuma sekadar ngejawab norma agama, tasawuf punya cara sendiri ngeresapi dan ngehadapi masalah kejiwaan.

Misalnya, kita bisa bahas soal "sufi healing," yang sebenernya gak jauh beda sama psikoterapi. Sufi healing gak cuma pengobatan, tapi juga proses dan modalitas buat ngebentuk sikap-sikap sufistik, yang pada akhirnya bantu kita hadapi gangguan kejiwaan.

Nah, demistifikasi ini punya peran penting. Artinya, kita coba sambungin konsep-konsep tasawuf dengan kehidupan sehari-hari. Tasawuf sering dianggap sesuatu yang mistis, sulit dimengerti, dan gak praktis. Padahal, dengan demistifikasi, kita bawa konsep-konsep tasawuf lebih dekat sama realitas hidup kita.

Coba deh bayangin, konsep zuhud, yang nyuruh kita gak terlalu ambisi sama harta dan kedudukan duniawi. Nah, di psikoterapi, ini bisa diartikan dengan ngeliat hubungan kita sama materi dan ambisi yang kadang bikin stres. Jadi, konsep tasawuf kayak zuhud ini bisa jadi solusi buat masalah-masalah psikologis kita.

Dengan menggabungkan tasawuf dan psikoterapi, kita bisa dapetin metode pengobatan yang lebih komprehensif. Tasawuf gak cuma jadi semacam 'bonus' spiritual, tapi bener-bener jadi bagian dari proses penyembuhan kejiwaan kita.

Jadi, intinya, kita bisa banget memadukan konsep-konsep tasawuf dengan langkah-langkah psikoterapi modern. Gak perlu lagi mikirin tasawuf yang terlalu mistis atau psikoterapi yang terlalu sekuler. Kita bisa ambil yang terbaik dari keduanya untuk kebahagiaan dan kesehatan mental kita. Dengan begini, tasawuf bukan cuma jadi sesuatu yang 'nganggur' di lemari agama kita, tapi bener-bener jadi sumber kebijaksanaan buat kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Semakin kita bisa membumikan tasawuf, semakin mudah kita temuin kedamaian dan kesehatan jiwa. Gimana menurutmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun