Mohon tunggu...
Yuni Tri Darmayanti
Yuni Tri Darmayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAILM, Fakultas Dakwah, Prodi Ilmu Tasawuf

insan akademik sufistik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Meresapi Makna dengan Fenomenologi, Jauh dari Kaku, Dekat dengan Kenyataan!

16 Desember 2023   16:52 Diperbarui: 16 Desember 2023   17:25 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hallo, Sobat Esensi!

Hai, Kawula muda yang lagi bosen dengan metode penelitian kuno! Kali ini kita bakal bahas sesuatu yang enggak biasa tapi bikin kepoin, yaitu metode penelitian fenomenologi. Enggak cuma namanya yang unik, tapi prosesnya juga seru dan kekinian banget. Yuk, simak!

Kamu suka yang beda, kan? Nah, Fenomenologi ini bakal bawa kamu masuk ke dunia kehidupan manusia dengan gaya modern yang seru abis. Dijamin, enggak bakal bosen!

Mari kita kenalan dulu dengan fenomenologi. Fenomenologi adalah suatu pendekatan penelitian yang fokus pada pemahaman mendalam terhadap pengalaman subjektif individu. Jadi, bukan sekadar mencari penyebab atau efek, tetapi merambah ke dalam makna dan interpretasi personal seseorang terhadap pengalaman hidupnya.

Ini dia keunikannya:

1. Nge-Story, Bukan Nge-Statistik!

Kamu bosen dengan data angka dan statistik yang bikin ngantuk? Fenomenologi punya solusi seru, Sob! Kita bakal meresapi cerita hidup manusia, bukan cuma melihat angka-angka dingin. Cerita dan pengalaman manusia diungkapkan dalam kata-kata dan menciptakan makna yang lebih kaya. Partisipan bukan objek pasif, tapi bintang dalam cerita kehidupan yang kita ciptakan bersama. Bikin cerita yang beneran ngealir, enggak kayak survei kaku!

2. Bye-bye Asumsi, Hallo Kesadaran!

Reduksi dalam fenomenologi itu keren, deh! Jadi, peneliti harus tendang semua asumsi dan praduga yang ada dalam otaknya. Fenomenologi punya trik kece namanya epoche atau bracketing. Jadi, peneliti yang penuh dengan asumsi harus lepasin semuanya! Semua pikiran masuk dalam kurung yang besar. Enggak ada yang punya pengaruh lebih, semuanya datang dari partisipan. Keren, kan?

Meskipun subjektivitas gak bisa dihindari, peneliti tetap jaga sikap kritis supaya nggak ada yang distorsi.

3. Jadi Detektif Hidup, Cari Esensi!

Bayangin Fenomenologi kayak detektif kehidupan yang lagi ngejar esensi atau hakikat terdalam dari pengalaman manusia. Analisis data enggak cuma mengandalkan cerita partisipan, tapi juga intuisi mendalam peneliti. Jadi, esensi ini bukan cuma yang diungkapkan sama partisipan, tapi juga hasil eksplorasi pikiran peneliti yang bener-bener paham!

4. Keterarahan yang Anti-Mainstream!

Fenomenologi itu anti-mainstream, Sob! Apa yang kita teliti harus sesuai sama yang kita kenal lewat kesadaran. Partisipan yang kita ajak ngobrol harus punya pengalaman yang sesuai. Jadi, enggak ada info ngawur dari partisipan yang enggak ngalamin apa yang kita teliti.

5. Uniknya Manusia, Enggak Ada yang Sama!

Setiap manusia punya kisah hidup yang enggak bisa disamakan. Fenomenologi melihat manusia sebagai penentu diri dengan cara pandang pribadi. Ini bukan sekadar tentang reaksi orang terhadap pengalaman, tapi benar-benar memahami bagaimana manusia menghidupi pengalaman unik mereka.

Kesimpulan: Fenomenologi, Petualangan di Era Now!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun