Mohon tunggu...
Yunitha Maharani
Yunitha Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi biasa

Seseorang yang introvert didunia nyata namun ekstrovert di dunia virtual.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stress yang Dialami Anak Akibat Tekanan dari Orang Tua dan Inilah 5 Cara Mengatasinya!

19 Januari 2022   15:32 Diperbarui: 19 Januari 2022   15:45 6073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah ga orang tua kalian selalu menuntut kalian untuk jadi peringkat yang pertama di kelas? Atau mungkin menuntut untuk jadi juara umum di sekolah? Namun orang tua kalian tidak pernah mendukung terhadap hal hal yang kalian senangi.

Menurut Rustika, hal-hal tersebut dan beberapa perilaku orang tua yang tidak mereka sadari bisa menimbulkan tekanan pada anak, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan stres. Stress yang dibiarkan dalam jangka waktu panjang bisa menjadi penyebab munculnya depresi. Lalu depresi ini akan memicu anak-anak untuk memilih mengakhiri hidupnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat 800 ribu orang yang tercatat melakukan bunuh diri tiap tahunnya dan sebagian kasus terjadi di kalangan para anak muda yang terjadi pada kisaran umur 10-24 tahun. Psikolog Peter Gray yang merupakan profesor Psikologi Riset di Boston College mengatakan, trend bunuh diri di kalangan muda mungkin tidak selalu disebabkan oleh sosial media, melainkan juga disebabkan oleh rasa stres akibat tuntutan dari orang tua yang kurang realistis yang selalu menuntut untuk berprestasi di sekolah. Gray pula menambahkan, stres dan kecemasan yang dirasakan pada anak-anak usia sekolah bisa berlebihan. Padahal, anak-anak usia sekolah hingga kuliah, membutuhkan lebih banyak waktu istirahat atau bermain dan mengembangkan bakat-bakat mereka, tanpa harus diatur oleh orang tua.  Dilansir dari Detikhealth.com, jiika depresi semakin parah, remaja bisa mengidap gangguan psikosomatik ujar dr. Andri. Gangguan psikosomatik adalah gangguan kejiwaan di mana seseorang merasakan sakit secara fisik, padahal tidak ada yang salah dengan kesehatan tubuhnya. Salah satu contohnya  adalah sering merasa sakit perut atau sakit kepala tiap ke sekolah. Ketika terjadi hal ini, orang tua harus cepat tanggap dan melakukan penanganan. Misalnya dengan mengajak anak ke psikiater atau psikolog.

“Nanti kita lihat, apakah sudah parah, butuh pengobatan atau nggak. Karena biasanya pada remaja terapi masih bisa dilakukan,” tuturnya.

Terlepas dari berapapun usianya, jika segala hal dalam hidupnya diatur untuk memuaskan obsesi dan tuntutan orang tuanya tentu dia pun jadi kehilangan semangat hidup. Tidak mempunyai hasrat atau keinginan untuk melakukan sesuatu di hidupnya. Selain itu bisa-bisa dia tidak memiliki tujuan hidup yang benar ketika beranjak dewasa. Sebab, sepanjang dia hidup sudah dibuat lelah dengan dipaksa memenuhi ambisi orang tuanya. Gak pernah merasakan kebebasan, jadi gak pernah tahu bagaimana caranya untuk menginginkan sesuatu.

Rata-rata juga, anak lebih banyak dibesarkan dengan cara otoriter oleh orang tuanya. Harus selalu memenuhi segala ekspektasi dan harapan orang tuanya, sehingga saat dewasa dia akan hidup layaknya robot. Meskipun sukses, dia akan merasa hampa atau kosong karena selama hidupnya, ia hanya memenuhi obsesi orang tuanya saja. Hidup dengan monoton tanpa memiliki hal-hal yang berarti dan melakukan hal menyenangkan yang ia senangi.

Ada 5 cara untuk mengatasi stress itu agar tidak berkelanjutan sampai menimbulkan gangguan kesehatan. Lakukanlah hal-hal berikut ini untuk mengatasi stres dan membuat pikiran lebih rileks:

1.Ungkapkan keluh kesah

Memendam perasaan dan keluh kesah sendirian tentu akan bisa membuat kamu stres. Lebih baik lepaskan beban dengan mengungkapkan semua hal mengganggu yang ada di pikiran kamu kepada orang tua yang menjadi salah satu penyebab kamu merasa tertekan. Percayalah, setelah semua keluh kesah dikeluarkan, perasaan kamu akan terasa jauh lebih baik.

2.Olahraga secara teratur

Kamu tidak perlu melakukan olahraga berat untuk menghilangkan stres. Cukup lakukan olahraga sederhana, seperti jogging di taman atau bersepeda. Hal itu akan membuat pikiran kamu teralihkan sehingga membuat suasana hati kamu membaik.

3.Lakukan aktivitas yang kamu senangi

Melakukan aktivitas yang membuat kamu senang, entah itu menonton film, memasak, berkebun, bermain bersama hewan peliharaan, mendengarkan musik atau sekedar menyanyi bisa membuat tubuh kamu menghasilkan hormon bahagia yaitu, dopamin. Jangan pikirkan hal-hal yang menurut kamu kembali merasa tertekan. Serta lakukan hal-hal yang bersifat positif sehingga tidak menimbulkan masalah baru buat kamu.

4.Fokus pada apa yang terjadi sekarang

Jangan terus-terusan terjebak dalam peristiwa yang udah terjadi. Terlebih lagi kalau kejadian itu membuat kamu merasa sedih. Jalani aja hidup kamu yang sekarang, dan jangan mencemaskan apa yangi akan terjadi di masa datang. JalaniJalani kamu dengan perasaan bahagia dan pikiran yang positif sehingga kamu dapat memberikan pengaruh yang baik pula pada kehidupan kamu.

5.Terapkan pola hidup sehat

Selalu terapkan pola hidup yang sehat dengan makan makanan yang bernutrisi dan bergizi seimbang,  tidur yang cukup, dan yang paling penting tidak menggunakan obat-obatan terlarang.

Namun, jika kamu masih merasa stress dan terganggu, coba diskusikan bersama kedua orang tua kamu dan minta mereka untuk membawa kamu mengkonsultasikan masalah kamu kepada psikolog atau psikiater, agar bisa dilakukan pemeriksaan secara rutin terhadap masalah kamu, dan mendapatkan perawatan yang intensif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun