Seperti yang diketahui pasar Tanah Abang merupakan pasar pusat grosir tekstil dan produk tekstil (TPT). Tak hanya memasok barang ke penjuru wilayah Indonesia, bahkan pasar ini sempat dijuluki pusat perbelanjaan terbesar se-Asia Tenggara.
   Namun seperti yang kita lihat dan dengar di berita berita banyak menyebutkan pasar Tanah Abang sedang mengalami kondisi yang kurang mengenakkan, mengapa demikian? Banyak faktor faktor yang menyebabkan sepinya Pasar Tanah Abang para pedagang menyebutkan bahwa faktor utamanya adalah belanja online.
  Kini pasar yang dijuluki Pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara hampir setiap hari sepinya pembeli berlalu lalang disana, banyak juga toko yang mulai tutup dilantai 3A-lantai 5 blok B dan blok A terpantau sepi dan gelap. Pemandangan di pasar Tanah Abang pun sudah sangat berbeda mulai terlihat sengangnya gang gang disana dan sepinya pembeli berlalu lalang, biasanya pembeli hingga bersenggol senggolan namun sekarang sudah tidak ada pemandangan seperti itu.
   "Saat ini, pedagang di Tanah Abang ini bersaing dengan seluruh dunia, karena online. Pedagang yang tadinya notabene dapat penawaran dari seluruh dunia, kini pun bersaing dengan seluruh dunia," tuturnya. Sekarang dengan belanja online tidak perlu ribet cukup duduk dirumah dan tinggal pilih barang apa yang diperlukan, mulai dari Aceh hingga Papua semua dapat dengan mudah membelinya dari rumah.Â
   Saat pandemi memang lebih relatif menggunakan online shop untuk berbelanja, maka dari itu pengelola mall atau pasar pasar harus mulai merespon keadaan ini. Selain itu harus lebih terbuka ide karena adanya online shop, namun banyak juga orang orang ke mall atau pasar hanya untuk kegiatan sosial saja bukan untuk berbelanja.
   Pasar Tanah Abang adalah pusat perbelanjaan grosir terbesar jadi sebagian besar pembelinya adalah pedagang, jadi jika pedagang kini mulai menggunakan online shop untuk membeli barang barang yang akan dijual pasar Tanah Abang akan menjadi berkurang pendapatannya. karena bedanya harga jual di online shop yang lebih murah menjadi untung bagi pedagang-pedagang kecil.
   Banyak pedagang menyebutkan bahwa "Pedagang mencari barang murah. Karena akan dijual kembali. Untuk itu, pemerintah harus mulai mengatur sistem online ini. Selama ini kan pemerintah membiarkan online dan offline ini. Artinya, tidak adil, tidak seimbang , tidak di same playing field," tukasnya. Pedagang offline mengurus perizinan sudah sangat berat,tetapi pedagang online tidak jelas pajak dan izinnya.
   Mereka juga sudah mengikuti cara berjualan para selebgram itu dengan cara yang sama, lewat live shopping, namun hasilnya tidak memuaskan. Akibatnya, biaya operasional pedagang lebih tinggi daripada pemasukan. Tak hanya pedagang Pasar tanah Abang, pegawai, porter hingga pedagang makanan juga ikut terdampak sepinya pembeli.
   Jadi solusinya adalah pemerintah bisa lebih memerhatikan dan mengatur perdagangan online. Tapi bukan itu saja pedagang offline juga belajar untuk berjualan online agar bisa bersaing dengan pedagang lainnya, selain itu pendapatann juga mulai stabil dengan berjualan online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H