Sebelum kita membahas tentang kebenaran ilmiah, perlu terlebih dahulu kita memahamai tentang apa itu kebenaran?
Secara etimologi, dengan merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia , kata kebenaran dapat diartikan sebagai: 1) Keadaan atau hal yang cocok dengan keadaan atau hal yang sesungguhnya; 2) Sesuatu yang sungguh-sungguh atau benar-benar ada; 3) Kelurusan hati, kejujuran. Sementara itu Lorens Bagus  mengatakan bahwa istilah kebenaran merupakan lawan dari kesalahan, kesesatan, kepalsuan dan juga kadang opini.Â
Sedemikian rupa pengertian kebenaran (truth: Inggeris, treowth [kesetiaan]: Anglo-Saxon, veritas: Latin, alerheia: Yunani) yang dituliskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diambah dengan Lorens Bagus, sehingga kiranya dapatlah dibuat suatu rumusan singkat tentang kebenaran, yaitu kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan, dalam hal ini subjek, dengan apa yang diketahui, yang disebut juga objek. Dengan demikian kebenaran dapat juga diartikan secara umum sebagai kenyataan sebagaimana adanya yang menampakan diri sebagai yang ditangkap melalui pengalaman. Pengalaman tentang kebenaran itu dialami akal si subjek dalam kesamaannya dengan kenyataan adanya yang menampakan diri kepadanya.
Jadi, yang bisa saya simpulkan dari pengertian kebenaran di atas, kebenaran merupakan sesuatu keadaan yang sesungguhnya atau keadaan yang sebenanya atau yang benar-benar terjadi. Kebenaran adalah suatu kesamaan yang sesuai dengan kenyataan yang sudah terjadi. Kebenran juga bisa diartikan dengan menyampaikan sesuatu sesuai dengan realita atau kebenaran suatu hal tersebut.
Kebenaran Ilmiah Kebenaran ilmiah tidak dapat dipisahkan dari karakteristik yang bersifat ilmiah. Adapun kata ilmiah (Scientific: Inggeris) dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat ilmiah; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat atau kaidah ilmu pengetahuan (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994; 370).Â
Dari pengertian ilmiah di atas terlihat jelas bahwa kebenaran ilmiah itu dapat diaktualisasikan atau dimanifestasikan dalam pengetahuan ilmiah. Atau dengan kata lain, suatu pengetahuan disebut ilmiah justeru karena di dalam pengetahuan tersebut terdapat suatu kebenaran yang bersifat ilmiah. Pengetahuan ilmiah bertitik tolak dari kekaguman terhadap pengalaman biasa atau harian, misalnya saja air jika dipanaskan akan mendidih. Kekaguman terhadap pengalaman, kebenaran, pengetahuan biasa (common sense), menimbulkan berbagai ketidakpuasan dan bahkan keraguan terhadap kebenaran harian tersebut. Ketidakpuasan dan keraguan tersebut akan melahirkan keingintahuan yang mendalam yang diwujudkan dalam berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut selanjutnya diikuti dengan dilakukannya sejumlah penyelidikan. Serangkaian proses ilmiah tersebut melahirkan kebenaran ilmiah yang dinyatakan dalam pengetahuan atau sain (lihat Hardono Hadi, 1994: 13- 27).
Dapat disimpulkan dari pendapat di atas, kata ilmiah itu bisa diartikan ketidakpuasan terhadap suatu hal, atau keingintahuan terhadap suatu hal dengan lebih mendalam sehingga akan menggali atau meneliti  lebih dalam lagi sampai dia merasa puas dengan hasil atau jawabanya. Secara sederhanya saja kata ilmiah itu merupakan ketidakpuasan atau adanya keraguan terhadap suatu hal. Jadi kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang memenuhi syarat atau kaidah ilmiah atau kebenaran yang memenuhi syarat atau kaidah ilmu pengetahuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H