Berangkat dari fakta bahwa lebih dari 3.660 desa belum teraliri listrik menurut www.pln.co.id dan juga rasio elektrifikasi sebesar 98,3%, terciptalah Zapira Portable (Utilization of Rapid Rain) yang diprakarsai oleh 3 mahasiswa Universitas Negeri Malang. Mereka adalah Ika Febriana Wati, Yunita Miftahul Jannah dan Eka Ajeng Fabela. Ketiganya adalah mahasiswa dari program pendidikan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Sumber utama listrik di Indonesia adalah PLTU. Padahal limbah PLTU sangat merugikan penduduk terutama dalam bidang kesehatan seperti penyakit kanker paru-paru, infeksi dan batuk, gangguan fungsi paru-paru, tekanan darah, peradangan, pengentalan darah, serangan asma, bahkan sampai meregang nyawa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Harvard, kematian dini akibat PLTU Batubara mencapai sekitar 6.500 jiwa/tahun di Indonesia. Rencana pemerintah untuk menambah puluhan PLTU Batubara baru akan menyebabkan bertambahnya kematian dini hingga 15.700 jiwa/tahun.
Berdasarkan penuturan ketua tim, Ika Febriana Wati, Zapira Portable adalah inovasi alat pembangkit listrik ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi Indonesia sebagai negara bercurah hujan tinggi. Alat ini juga praktis karena ukurannya yang kecil dan mudah dioperasikan oleh siapapun, terlebih ditunjang oleh adanya manual book, video mengenai tata cara penggunaan dan juga aplikasi berbasis android.
Zapira Portable dirancang dengan bentuk yang bisa dibongkar pasang dan dapat ditempatkan di segala macam bangunan yang memiliki talang air. Terdapat dua bagian utama dari design perangkat, yaitu perangkat bagian luar yang bersentuhan langsung dengan air hujan dan perangkat bagian dalam yang dikemas dalam sebuah packaging berbentuk balok berukuran sekitar 40 cm x 20 cm x 15 cm, sehingga membuatnya menjadi sebuah perangkat yang portable.
 Alat-lat dari Zapira Portable terdiri dari poros turbin, turbin, pipa PVC 2,5 dim, generator DC 24 volt, aki DC 12 volt, dan boost step up DC to DC. Bagian-bagian tersebut akan dirangkai sehingga berbentuk perangkat yang fungsional. Alat dan bahan tambahan untuk menguji keberfungsian alat meliputi multimeter, lampu LED, fittingan, stop kontak, tespen, solder, kawat timah, kabel, dan flow meter.
Rata-rata curah hujan di Indonesia adalah 5-8 dm3/menit dan bentuk atap rumah di Indonesia mayoritas terbagi menjadi 2 sisi yang sama luas dengan satu talng di masing-masing sisi. Luas atap rata-rata di Indonesia berkisar 36-120 m2. Apabila dirata-rata maka luas atap adalah 78 m2, jadi satu sisi atap rumah berkisar pada 39 m2. Â Jika luas atap rumah yang mengalirkan air hujan ke talang dianggap luas penampang, maka daya yang dihasilkan sekitar 45,4 s/d 72,6 Watt.
Diharapkan kehadiran alat ini mampu menjadi titik temu pemerataan listrik hingga di daerah 3T tanpa harus memakan korban jiwa akibat limbah dan juga medan pendistribusian yang sulit ditempuh oleh kendaraan tak lagi menjadi alasan. (Yun).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H