Pada awalnya semua berjalan baik-baik saja, karena lingkungan tempat tinggal juga tidak memandang aneh jika perempuan menyukai sepak bola. Hambatan itu justru saya temui ketika menginjak usia belasan tahun.
Membuka dunia luar bahwa menjadi perempuan yang menyukai sepak bola ternyata tidak semudah yang saat kecil saya alami. Stereotip tidak bermutu seperti yang sudah saya sebutkan di atas akhirnya datang dan saya alami sendiri. Kalian tahu alasan menyebalkan tiap mereka mem-bully? Karena saya perempuan.
Pada saat itu belum tahu menahu bagaimana mematahkan argumen murahan mereka, hanya bisa menerima. Tapi tidak untuk sekarang, di mana perempuan sudah lebih mampu menunjukkan jati diri mereka. Di era sepak bola yang saat ini sudah menjadi industri, sosok perempuan sudah sering kita temui berseliweran di ranah olahraga si kulit bundar.
Marina Granovskaia adalah nama perempuan yang sering muncul di media berita kala bursa transfer dibuka. Posisinya yang menjabat sebagai direktur umum di klub ibukota Inggris, Chelsea, menjadikan dirinya aktor utama dalam perekrutan pemain di Stamford Bridge.Â
Perannya cukup identik dengan perempuan pada umumnya, yaitu mengatur pengeluaran dan pemasukan uang klub, juga turut serta dalam bernegosiasi terkait kontrak pemain yang akan datang maupun pergi.
Selain Chelsea, ada juga klub biru lain dari Premier League yang menghargai peran perempuan, yaitu Manchester City. Ada Victoria Haydn yang berperan sebagai fotografer resmi Manchester City. Dialah pelaku utama dibalik foto-foto memukau skuad Manchester Biru dengan lensa kameranya.
Baru-baru ini British Council juga mendukung peran penting perempuan dan anak perempuan di lingkup sepak bola. Olahraga terpopuler di dunia ini diharapkan bisa menjadi pendorong untuk mengatasi masalah sosial seperti kesetaraan gender.
Football for all, sepak bola layak dinikmati oleh siapapun, baik itu laki-laki maupun perempuan. Juga sudah semestinya perempuan berhak untuk terjun di bidang olahraga mana saja termasuk sepak bola, tanpa adanya diskriminasi. Untuk apa R.A. Kartini memperjuangkan emansipasi wanita jika masih ada saja yang memandang sebelah mata kemampuan seorang perempuan?
Saya tutup tulisan ini dengan salah satu quote R.A. Kartini favorit saya, "gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dunia nenek moyangnya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H