Mohon tunggu...
Yunita Asri
Yunita Asri Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

Saya adalah seorang mahasiswa yang memiliki minat besar di bidang ekonomi dan bisnis. Selain mendalami materi kuliah, saya juga gemar membaca, terutama buku atau artikel yang memberikan wawasan baru. Di luar kegiatan akademik, saya menyukai traveling karena pengalaman tersebut membantu saya melihat berbagai perspektif baru. Meskipun saat ini belum bekerja, saya terus berusaha mengembangkan diri dengan belajar dan mengeksplorasi peluang untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Rahasia UMKM Tahu Pak Nardi di Pengging, Boyolali tetap Untung: Strategi Kelola Biaya yang Mudah Dipraktikkan

8 Desember 2024   23:11 Diperbarui: 11 Desember 2024   09:28 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : foto langsung dari pabrik tahu pak nardi

Siapa bilang menjalankan bisnis kecil itu sulit? Nyatanya, dengan pengelolaan yang tepat, usaha kecil seperti produksi tahu pun bisa tetap untung dan terus berkembang. Contohnya adalah produksi tahu Pak Nardi di Boyolali. Meski tergolong usaha kecil, pabrik tahu ini memiliki potensi besar untuk lebih berkembang dengan pengelolaan biaya yang lebih terstruktur. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk mendukung hal ini adalah Analisis Biaya-Volume-Laba (BVL). Jangan khawatir, metode ini sederhana dan bisa diterapkan bahkan untuk usaha kecil.

Sebagai penulis, saya berkesempatan untuk langsung mengunjungi pabrik tahu Pak Nardi di Pengging, Boyolali. Observasi ini memberikan saya banyak pelajaran tentang bagaimana sebuah usaha kecil bisa bertahan di tengah banyaknya persaingan. Pak Nardi memproduksi beberapa jenis tahu dengan cara tradisional yang tetap menjaga kualitas produk. Meski usahanya sudah berjalan cukup lama dan menghasilkan keuntungan, saya melihat ada peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas melalui pendekatan yang lebih terencana, seperti analisis BVL.

Metode BVL dapat membantu Pak Nardi memetakan biaya produksi ke dalam dua kategori utama. Pertama, biaya tetap, seperti listrik dan penyusutan alat, yang jumlahnya tetap tidak peduli berapa banyak tahu yang diproduksi. Kedua, biaya variabel, seperti bahan baku dan tenaga kerja, yang jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah produksi. Dengan memahami kedua jenis biaya ini, Pak Nardi dapat menghitung titik impas, yaitu jumlah minimal tahu yang harus dijual agar biaya produksi tertutupi.

Jika analisis BVL diterapkan, Pak Nardi juga bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang margin keamanan. Ini adalah selisih antara jumlah penjualan yang sebenarnya dengan jumlah titik impas, yang bisa menjadi dasar untuk memperkirakan risiko dalam ekspansi produksi. Selain itu, Pak Nardi dapat lebih fokus pada jenis tahu yang memberikan kontribusi laba terbesar, sehingga sumber daya yang digunakan bisa lebih efisien.

Namun, saya juga menyadari bahwa analisis ini mungkin terdengar terlalu teknis dan sulit dipahami bagi banyak pelaku UMKM. Tetapi setelah melakukan observasi dan simulasi sederhana, saya menemukan bahwa inti dari metode ini sangat sederhana, yaitu hanya membutuhkan pencatatan biaya dan pendapatan yang rapi. Data yang jelas akan memudahkan pelaku usaha untuk menghitung kebutuhan produksi dan potensi keuntungan.

Selain itu, observasi saya juga menunjukkan pentingnya memahami kebutuhan pasar. Pak Nardi telah menjaga kualitas produknya, tetapi untuk mendukung pengelolaan yang lebih baik, ia bisa mempertimbangkan untuk memantau pola permintaan konsumen. Dengan begitu, ia dapat memastikan produksi sesuai kebutuhan pasar tanpa risiko kelebihan stok.

Sebagai penulis yang terlibat langsung dalam observasi ini, saya merasa bahwa strategi sederhana seperti analisis BVL dapat menjadi langkah besar bagi UMKM seperti Pak Nardi. Pendekatan ini dapat memberikan banyak manfaat, seperti membantu menetapkan target produksi yang realistis, mengurangi risiko kerugian, dan meningkatkan efisiensi. Langkah pertama adalah mulai mencatat semua biaya, membedakan mana yang tetap dan variabel, lalu menghitung titik impas dari hasil pencatatan tersebut.

Kesuksesan dalam bisnis tidak selalu harus dimulai dengan perubahan besar. Kadang, langkah kecil seperti mencatat biaya dengan rapi dan menghitung kebutuhan produksi sudah cukup untuk membawa bisnis Anda ke level berikutnya. Jadi, jika Anda memiliki usaha kecil seperti Pak Nardi, jangan ragu untuk mulai belajar mengelola keuangan bisnis Anda dengan lebih baik.

Dengan pendekatan yang sederhana namun efektif seperti analisis BVL, usaha kecil pun bisa memiliki peluang besar untuk terus berkembang. Observasi saya di pabrik tahu Pak Nardi menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang lebih baik, usaha kecil seperti ini tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi bisnis yang lebih besar dan berkelanjutan. Kini, saatnya Anda mengambil langkah cerdas untuk membawa bisnis Anda menuju masa depan yang lebih cerah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun