Mohon tunggu...
Yunita Amalia
Yunita Amalia Mohon Tunggu... -

Ingin menjadi seseorang yang dapat memegang teguh prinsip. Selalu optimis dalam menjalani sesuatu dan berdo'a selalu untuk mendapatka ridho Allah SWT. Tidak memikirkan sesuatu kecuali pelajaran yang akan aku terima.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perpisahan, Tak Selamanya...

5 April 2011   12:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:06 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari dimana aku ditunjuk oleh salah seorang guruku untuk mengikuti lomba PAI, entah darimana dan apa yang menyebabkan guruku itu memilih aku, padahal nilai PAI ku tidak begitu bagus, hal itu yang sebenarnya menjadi tanda tanya bagiku, sungguh !!! Sebenarnya aku belumlah siap untuk mengikuti lomba itu, tapi harus bagaimana lagi, hanya dengan waktu 2 hari untuk belajar sungguh-sunggu hingga harus meninggalkan mata pelajaranku pada 2 hari itu. Dan selama itu pula, aku merasa ada yang aneh dari diri salah satu temanku. Entah aku atau dia, namun yang pasti salah satu diantara kami. Dan lomba itu diadakan berkelompok, dengan anggota satu kelompok 3 anak.

Saya akan mulai bercerita tentang hari pertama, tepatnya hari sabtu, setelah selama 5 hari sekolah libur karena ruang kelas digunakan UAS. Aku dipanggil oleh guruku, dia begitu ramah dan baik, kemudian aku diberi dua buah kertas ujian PAI, satu untukku dan satu untuk temanku yang belum masuk sekolah karena masih berlibur. Saat itu, ketika istirahat, akupun dipanggil oleh guruku  itu, dan kemudian aku diajak ke ruang guru, ketika sampai di depan kopsis, eh.. ternyata aku malah disuruh memanggil adik kelasku (salah satu peserta lomba dan sekelompok denganku), sebenarnya agak canggung, karena di depan kelas, duduk terjejer-jejer anak laki-laki, yang jumlahnya sangatlah banyak, tapi mau bagaimana lagi, itu perintah, aku harus menjalankan, selama perintah itu baik dan tidak sesat. Aku disuruh memanggil adik kelasku dengan inisial M.I.D.Y. Setelah memanggilnya aku segera jalan menuju ruang guru dengan langkah sangat cepat dan adik kelasku belari kecil. Pada hari itu, tidak ada reaksi apapun, bahkan aku sempat berfikiran, bahwa tidak enak sekelompok dengan lawan jenis, karena mereka hanya bisa mengandalkan perempuan saja (maaf itu hanya pengertian biasa). Dan aku juga berfikiran aneh, aku tidak kenal dengannya hanya mungkin tahu nama dan wajahnya saja, tak lebih. Tapi pada hari itu dia sok akrab gitu, kenal juga tidak. Dia memulai dengan pertanyaan "Dimana salah satu anggota kelompok kita?", dengan jutek aku menjawab "Belum datang".

Singkat cerita, pada hari senin, biasalah kita melaksanakan upacara bendera, dan pada saat itu juga, aku menjadi petugas, untungnya petugas koor, jadi tidak masalah. Eh...belum dimulai upacaranya aku dipanggila lagi oleh guruku, aku dan adik kelasku (karena soulmateku belum datang), hanya kita berdua dengan guruku, aku dan adik kelasku dibimbing belajar PAI untuk mengikuti lomba dua hari mendatang. Tidak ada perasaan apapun, biasa saja, bahkan menjengkelkan, dia dengan sok akrab dan keminterannya mulai bertanya lagi, yah dengan pertanyaan yang sama, cuma ini lebih banyak lagi, dia bertanya soal pelajaranlah itulah inilah, dan itu berlangsung lumayan lama. Akupun bersama dia selama pelajaran berlangsung, sehingga aku tidak ikut pelajaran dech.....! Setelah belajar pagi hari, kami masih harus datang pada sore harinya, yah dengan adik kelasku lagi, tapi sebenarnya ada agak kekaguman gitu, ya maklumlah, seharian degan adik kelasku saja, kagum karena sebenarnya tidak semua lawan jenis itu menggantungkan perempuan, jadi, aku kagum dengannya. Dan itulah pada hari itulah aku mulai ada goncangan.

Hari selanjutnya aku belajar dengan lengkap (tiga anak, karena soulmateku sudah datang) jadi aku punya teman. Pada hari selasa, aku tidak ada perasaan giman, cuma hanya sedikit risi harus deket-deket gitu, lha wong dia mefet-mefet saja denganku, jadi risilah.

Inilah hari dimana aku melaksanakan perlombaan PAI, seharian aku bersama dia, satu mobil, makan bareng, duduk deketan, kemudian ketika pencet bel, harus megang tangannya, sebenarnya tidak ada rasa suka atau giman, biasa saja, bahkan kita malah bercanda di mobil, pada berangkatnya dia satu bangku denganku, tapi pulangnya dia satu bangku dengan teman perempuanku. Tak masalah, tapi ketika dia sudah turun dari mobil karena sudah sampai, aku merasa tidak ingin pisah dengannya, sungguh apa yang terjadi pada aku, dan aku ingin terus memandangi wajahnya padahal dia biasa saja, relatif (tidak jelek tidak ganteng), mungkin aku kagum dengan kepintarannya yang membuat ortunya bangga kepadanya.! Tapi, dia adik kelasku, umurku dengannya berbeda antara 1-2 tahun, lebih tua aku. Tapi mungkin inilah rasa suka sebenarnya, maklum masa puber. Dan baru kali ini aku merasa seperti ini, sebelumnya biasa saja.

REALITY

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun