Industri Bauksit makin hari makin lemah karena adanya peraturan pemerintah melarang ekspor bahan mentah oleh karena setiap perusahaan yang bergerak di pertambangan dan industri bauksit harus membangun smelter alumina untuk membuat alumina yang merupakan hasil pemurnian bauksit. Di lain sisi Perusahaan tambang dan industri bauksit banyak yang mengalami kerugian karena pelarangan ekspor bahan mentah ini. Pembangunan smelter alumina juga memerlukan waktu yang lama dan dana yang banyak. Untuk itulah saya membuat anilisis SWOT ini, Jika analisis saya tidak sesuai dengan pemikiran anda, silahkan kirim saran dan kritik melalui tool comment yang ada di bawah tulisan ini.
ANALISIS SWOT (STRENGHT (Kekuatan), WEAKNESS (Kelemahan), OPPURTUNITY (Peluang), THREATS (Ancaman))
STRENGHT (KEKUATAN)
- Jumlah Cadangan Bauksit di Indonesia yang Melimpah
Penjelasan : Pusat Sumber Daya Geologi pada tahun 2010 menyatakan bahwa sumber daya bauksit yang dimiliki Indonesia mencapai kurang lebih 1 milyar ton dengan kadar Al2O3 mencapai 27-55% yang tersebar di pronvinsi Riau, Kalimantan Barat, dan Bangka Belitung. Secara kuantitas, jumlah sumber daya bauksit Indonesia terdiri dari sumber daya hipotetik 164,98 juta ton, tereka 251,87 juta ton, terunjuk 38,59 juta ton dan sumber daya terukur atau terbukti sbesar 529,26 juta ton. Selain itu memiliki cadangan terukur atau terbukti 132.28 juta ton dan cadangan tereka 120,9 juta ton.
- Harga Alumina yang sepuluh kali lipat dari harga bauksit
Penjelasan : Alumina adalah hasil pemurnian dari bauksit dimana alumina mengandung Al2O3 sebesar 98.5 % sedangkan bauksit mengandung 27-55% Al2O3. Di pasaran sekarang harga jual bauksit adalah sekitar U$ 60/ton sedangkan harga jual alumina sekitar U$600/ton.
Kita buat ilustrasi, dari 3 ton bauksit yang mengandung 33 % Al2O3 menghasilkan 1 ton bauksit alumina. Andai kita jual bauksit maka harga jualnya adalah 3 X U$ 60 = U$ 180 dan jika kita menjual alumina maka harga jualnya adalah 1 x U$ 600 = U$ 600. Disini kita bisa lihat berapa banyak keuntungan yang diperoleh jika perusahaan menjual alumina.
Â
WEAKNESS (KELEMAHAN)
- Kerusakan Alam yang terjadi di lahan bekas tambang bauksit.
Penjelasan : Tak bisa dipungkiri ketika perusahaan membuka lahan tambang berarti akan merusak alam karena yang ditambang atau yang dikeruk adalah yang ada di bawah tanah sehingga tanah yang dahulunya subur akan menjadi sangat gersang. Hal ini mengakibatkan pepohonan jarang atau bahkan tidak ada yang tumbuh. Kemudian kerusakanyang ada di sekitar dan pinggiran laut karena hasil pembuangan limbah hasil pemurnian. Limbah hasil pemurnian dibuang ke laut akan merusak biota yang ada di laut. Tapi sampai sekarang belum ada metode yang baru untuk mengelola limbah hasil pemurnian ini.
Walaupun ada perusahaan tambang dan industri bauksit yang concern akan ini tetapi jumlahnya sangat sedikit dan selebihnya tidak peduli akan alam ketika membuka atau bahkan menutup lahan tambang. Banyak perusahaan tambang bauksit yang meninggalkan lahan bekas hasil galian mereka.
- Biaya Pembangunan Smelter yang mahal
Penjelasan : Untuk membangun 1 buah SGA (Smelter Grade Alumina) yang merupakan bahan untuk membuat aluminium membutuhkan dana sebanyak U$ 1 Milyar. Hal ini dikarena selain membangun smelter, perusahaan yang berada di daerah yang sumber daya listriknya kurang seperti Kalimantan Barat harus membangun power plant. Perusahaan harus membangun pelabuhan dan jalan sebagai sarana transportasi bahan mentah maupun bahan hasil pengolahan. Perusahaan juga harus membangun jalur pembuangan *** ke laut. Â
- Utang Perusahaan tambang lokal yang masih banyak