Mohon tunggu...
Nur Wahyuni Salya
Nur Wahyuni Salya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

senang photography, blog, musik jazz | Mampir yuk ke blog saya yunisalya.wordpress.com --> bebas berkomentar yah.. :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Serambi Jazz : Sebuah Kolaborasi Apik Jazz Indonesia & Jerman

20 Oktober 2014   20:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:21 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Event Serambi Jazz yang rutin diadakan oleh Goethe Institut selalu dinantikan. Jerman, adalah negara yang selalu terbuka untuk pertukaran budaya. Salah satunya adalah untuk pergelaran musik Jazz. Awal mula jazz Indonesia berhubungan erat dengan jazz Jerman adalah ketika Joachim-Ernst Berendt, jurnalis, produser dan penulis buku asal Jerman dengan spesialisasi musik jazz, datang ke Jakarta dan berkenalan dengan Suyoso Karsono, pimpinan Irama Records 40 tahun yang lalu . Ia berjumpa dengan Bubi Chen dan Jack Lesmana, yang menarik perhatiannya melalui karya musik mereka dan kemudian diundang untuk tampil di Festival Jazz Berlin tahun 1967. Itulah awal , kelompok Indonesian All Stars, yang di samping Jack dan Bubi beranggotakan Maryono, Yopie Chen, Benny Mustafa Van Diest dan Tony Scott. Dengan mengusung etno-Jazz progresif yang jauh mendahului zamannya, mereka membuat penonton Jerman tercengang. Tidak lama kemudian dilakukan rekaman album bersejarah berjudul Djanger Bali di Jerman. Jazz-connection Indonesia-Jerman pun terbentuk hingga sekarang (goethe.de). Rabu malam, 15 Oktober 2014 digelar pertunjukan Serambi Jazz oleh Goethe Institut di Aula Barat ITB. Aula Barat ITB sendiri sudah menjadi saksi sejarah dalam perkembangan musik jazz tanah air, begitu Riza Arshad sampaikan diawal acara. Mas Ija, begitu panggilan akrabnya yang juga adalah alumni Desain Grafis ITB sangat produktif dalam menghasilkan musik jazz yang unik dan revolusioner, seperti dengan grup kuartetnya TUSLAH bersama Sri Hanuraga, Adra Karim dan Elfa Zulham. [caption id="attachment_29" align="aligncenter" width="430" caption="Riza Arshad, sesaat akan membuka Serambi Jazz (ps: Mas Ija, maaf ya fotonya seadanya :D)"][/caption]

Tanpa berlama-lama, Benny Lackner Trio yang terdiri dari Benny Lackner (piano), Paul Kleber (bass), dan Matthieu Chazarenc (drums) tampil bersama dua musisi jazz Indonesia yang piawai memainkan instrumen musiknya, yaitu Azfansadra Karim (organ, hammond) dan Johanes Radianto (guitar). Mereka membawakan komposisi musik dalam album ke-5 Benny Lackner Trio, "Sisikiyou" yang cenderung menganut modern-jazz, ekspresif dan groove oriented. [caption id="attachment_26" align="aligncenter" width="574" caption="Benny Lackner Trio feat. Adra Karim dan Johanes Radianto"][/caption] Kesan pertama mendengar permainan Benny Lackner terlihat sangat dipengaruhi oleh permainan Brad Mehldau dengan kesan klasik yang diterapkan pada modern jazz. Dan memang benar saja, ia lulus studi di New York dibawah bimbingan Charlie Haden dan Brad Mehldau. [caption id="attachment_30" align="aligncenter" width="430" caption="Benny Lackner, musisi Jerman-USA"][/caption] Azfansadra Karim atau yang akrab dipanggil Adra Karim bersama Johanes Radianto mengisi permainan Benny Lackner Trio dengan apik dan blended. Thumbs up! Mereka berdua adalah musisi jazz muda yang lulus dari studi jazz di Netherlands. Adra dan Johanes sukses mengisi komposisi musik Benny Lackner trio, dengan style -jazz mereka yang sangat dipengaruhi roots-jazz era bebop 40an dan straight-ahead jazz secara harmonis. Bravo! [caption id="attachment_31" align="aligncenter" width="461" caption="Azfansadra Karim (Adra Karim), favorit saya :D"][/caption] Serambi Jazz berhasil mengolaborasikan musisi jazz Jerman dan Indonesia. Namun, konsepnya saya rasa harus diperbaharui. Sudah bereberapa kali melihat Serambi Jazz di Aula Barat ITB, kala di penghujung acara perwakilan dari Goethe Institut memberikan cinderamata berupa scarf batik. Sesaat setelah mereka hendak beranjak, pihak Goethe Institut berteriak, "We want more, We want more!" Dan akhirnya mereka kembali dengan penampilan penutup mereka membawakan lagu daerah "Gundul Pacul". Konsep seperti itu perlu diubah :D karena saya yang sudah sering lihat Serambi Jazz, jadi tidak terkejut hahaha Tapi tetap, Serambi Jazz event yang menarik untuk disimak :) Original published by: Nur Wahyuni Salya http://yunisalya.wordpress.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun