Dari sumber yang pernah saya baca, rentang masa menstruasi rata-rata berkisar antara 21-35 hari. Jadi, setidaknya setelah tiga minggu dalam setiap bulannya saya siap-siap untuk kedatangan hari-hari yang akan penuh dengan kegalauan, PMS. Seringkali orang-orang di sekitar kita terkena dampaknya. Bisa jadi mereka menjadi korban luapan emosi.
Tak jarang emosi seorang yang sedang PMS melebihi raungan serigala, terkaman macan dan buasnya singa.
PMS (Premenstrual syndrome) atau sindrom Pramenstruasi adalah hal rutin yang dialami setiap wanita sebelum datang bulan, biasanya terjadi antara 1-14 hari menjelang menstruasi. PMS merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid.1 Gejalanya bisa macam-macam, mulai dari mood swings, sensitif berlebihan, uring-uringan, kram atau nyeri perut, lemas, pusing, perubahan nafsu makan, kulit berminyak, muncul jerawat, lemas bahkan bisa sampai pingsan. Tak jarang akibat berbagai gangguan ini, kaum wanita seringkali terganggu aktivitasnya.
Pingsan Gara-Gara PMS? Kok Bisa?
Ya, saya pernah mengalaminya. Menggelikan jika saya harus menempelkan tulisan didahi, "Awas PMS!" supaya orang-orang disekitar memaklumi dan berjaga.
Kala itu adalah hampir satu minggu sebelum saya datang bulan. Dari awal saya berangkat ke kampus, saya merasa tidak enak badan, lemas padahal saya sudah sarapan, kaki-kaki saya tiba-tiba pegal dan terasa bengkak, suasana hati pun tidak karuan. Dari gejala-gejalanya, tak diragukan lagi bahwa saya memasuki fase PMS. Awalnya saya biasa saja karena ini memang rutin terjadi. Jangan sampai PMS mengganggu aktivitas! Namun, saya rasa PMS saat itu adalah PMS termenyiksa yang pernah saya alami. Walaupun rasa lemas itu perlahan terlupakan akibat kesibukan saya yang tengah menyiapkan diri untuk memasuki laboratorium.
Saya masih ingat kronologis cerita pingsan saya gara-gara fase PMS ini. Saat itu, saya bersama teman-teman tengah safari di laboratorium sambil mendengarkan penjelasan dosen. Setelah hampir satu jam berjalan, saya mulai tidak kuat untuk berdiri.
Perut saya sakit teramat sangat (dysmenorrhea), rasanya seperti dililit anakonda, hehehe.
Penggambaran yang mengerikan ya? Saya merasakan nyeri yang hebat, nyeri yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Seketika saya pun mulai kehilangan konsentrasi. Kunang-kunang beterbangan mengelilingi kepala saya. Buram saat itu, persis seperti ketika saya mengerjakan soal fisika, bahkan lebih buram lagi, hehehe. Saya pun jongkok berharap konsentrasi saya dapat pulih. Sejenak saya membaik, lalu saya putuskan untuk berdiri kembali. Tapi tidak lama berselang, pusing kembali datang menyerang. Saya segera duduk dilantai, bersembunyi dibalik kaki teman-teman saya. Sebenarnya, teman saya menyarankan untuk ijin, tapi saya sok kuat. Alhasil, beberapa kali saya mencoba untuk berdiri, berkali-kali pula saya kembali terduduk lemas. Disaat saya berdiri kembali untuk kesekian kalinya, wajah saya menyiratkan rasa lemas tak berdaya, pucat pasi, memutih seperti dicelup pemutih pakaian hehehe. Hingga pada akhirnya, teman saya mengacungkan tangan, memotong penjelasan dosen saya dan berkata, "Bu, maaf teman saya ijin keluar!", sambil menunjuk ke arah saya. Disaat saya akan berjalan keluar dibopong teman saya, saya semakin kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur dan pendengaran berdesing dan tiba-tiba saja gelap. Saya kehilangan kesadaran.