Mohon tunggu...
Nur Wahyuni Salya
Nur Wahyuni Salya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

senang photography, blog, musik jazz | Mampir yuk ke blog saya yunisalya.wordpress.com --> bebas berkomentar yah.. :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Popularitas = Kualitas?

23 Desember 2011   08:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:51 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini ini mewakili rasa gerah para musisi Indonesia, meskipun saya hanya penikmat musik, bukan musisi. :D

Sekitar 3 tahun yang lalu, saya mulai merasakan kegerahan yang amat sangat setiap mengganti channel radio atau TV. Entah mengapa sebagian besar dari mereka menyajikan musik dengan grup atau personal berbeda tetapi terkesan sama. Mulai dari gaya rambut, cengkok suara, selera fashion, dan ... silakan Anda lengkapi saja. Kemunculan mereka dimana-mana berkat sang pencetus yang berani memaksakan diri untuk menjadi produser. Betul, sang vokalis tersebut memberikan sumbangsih besar dalam membangkitkan gairah orang-orang disekitarnya untuk menjadi popular seperti halnya dia beserta grupnya. Anda tahu yang saya maksud? Jika iya, berarti Anda merasakan kegerahan yang saya rasakan. Jika tidak, maaf Anda simpulkan saja sendiri.

Hampir 2 tahun mereka berjaya (ngga tau juga sih, malas ngingat-ngingat). Seperti popularitas pada umumnya, yang mudah naik juga mudah lenyap, beberapa bulan belakangan masa mereka tergantikan. Grup-grup labil hadir menggantikan kejayaan mereka. Kali ini mereka berkiblat dari musik yang katanya sekarang sedang menjadi kiblat musik Asia. Tahu kan? Apa coba sekarang yang sedang tren? Dan tinggal tunggu saja akhir masa kejayaannya. :D

Sementara itu, musik yang benar-benar berkualitas sedikit mendapat tempat. Untuk mempublikasikannya melalui label rekaman saja sulit, alasan tak logis pun muncul, karya mereka tak laku pasaran. Hah? Segalanya menjadi runyam ketika money talk too much. Tetapi para musisi berkualitas tak kalah cerdas, mereka memasarkan dengan perantara record label yang tidak populer di orang kebanyakan. Alhasil karya berkualitas mereka hanya untuk kalangan terbatas. Bahkan para musisi tersebut lebih memilih untuk memasarkan karyanya di luar dahulu. Setelah terdengar gaung kesuksesan mereka di luar sana, barulah di dalam negeri diagung-agungkan atau tetap saja hanya dipandang sebelah mata. Misalnya saja grup musik Gugun Blues Shelter dan penyanyi cantik asal Bandung, 'browney' Dira Sugandi.


Entah kapan rasa gerah ini lenyap.


Namun, musik berkualitas yang tentunya tercipta dari orang-orang cerdas sangat mendapat tempat di hati orang-orang berkelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun