Dengan membawa sebuah kertas, aku berdiri dengan kakiku sendiri di jepang untuk mengikuti test kemampuan akademik disebuah universitas seni ternama disana. Mungkin aku satu-satunya orang yang sangat nekat pergi kesana tanpa memikirkan bahwa disana juga banyak sekali orang hebat dan bisa saja aku kalah tarung dengan mereka. Tapi semua pemikiran itu tidak mampu melunturkan semangatku untuk bisa mencoret goresan impian yang tertulis di kertas usangku ini. Ayahku yang membantuku untuk menuliskan semua impian dalam satu kertas. Jika aku sudah menggapainya, maka aku akan mencoret tulisan, sesuai dengan apa yang telah di capai. Bahkan aku tidak mempunyai alasan mengapa aku sangat ingin pergi ke jepang.
Sesaat menunggu hasil, akhirnya namaku terpanggil menjadi peserta dengan nilai test yang sangat mengagumkan. Aku pun terdiam untuk sejenak. Tidak menyangka sama sekali jika aku akan menjadi peraih nilai terbesar. Bahkan aku sempat putus asa
Aku pun segera keluar dari gedung dan mengambil secarik kertas usang dengan pulpen dalam ranselku. Hari itu juga, aku mencoret satu impian yang baru aku raih. Senyuman bahagia terukir diwajahku. Aku tidak akan pernah bisa meraih semua ini tanpa kerja keras, do’a dan dukungan. Masih banyak mimpiku yang belum tercoret. Suatu saat, kertas ini hanya akan menjadi coretan yang tidak bermakna.
Â
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun http://www.kompasiana.com/androgini
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community https://m.facebook.com/groups/175201439229892?refid=18&__tn__=C
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H