Rage Against The Machine (RATM) adalah band rock asal Amerika yang dibentuk pada tahun 1991. RATM merupakan salah satu band rock legendaris yang karya-karyanya seringkali mengekspresikan pandangan politik revolusioner.
Bagi para penggemar RATM pastinya tahu betul mengenai cerita dibalik cover album pada album self titled-nya yang dirilis pada tahun 1992. Dalam cover album tersebut terlihat seorang biksu Buddha yang tubuhnya terbakar sambil duduk tenang dalam posisi teratai. Mungkin bagi sebagian orang, cover album tersebut hanyalah cover album biasa, tetapi, siapa sangka ternyata ada sebuah sejarah tak terlupakan dibaliknya. Untuk kalian yang belum tahu, yuk simak penjelasan singkat berikut biar ga penasaran lagi.
Sebenarnya, cover album RATM tersebut merupakan foto yang sempat viral pada tahun 1963. Seseorang yang tubuhnya diselimuti kobaran api dalam foto tersebut adalah Thich Quang Duc, seorang biksu buddha Mahayana Vietnam. Ia bukan terbakar, melainkan sengaja membakar diri sebagai bentuk protes terhadap penganiayaan yang dilakukan pemerintah Vietnam terhadap umat Buddha saat itu. Foto legendaris ini diambil oleh seorang jurnalis bernama Malcolm Browne. Funfact, foto ini memenangkan World Press Photo of The Year.
Semuanya berawal saat kepemimpinan Ngo Dinh Diem di Vietnam. Diem merupakan pemeluk agama Katolik yang saat itu merupakan agama minoritas di Vietnam. Pada masa pemerintahannya, Diem memiliki ambisi untuk meng-katolik-kan Vietnam dengan cara yang sangat diskriminatif. Kabarnya, pembunuhan dan penyiksaan terhadap umat Budhha kerap kali terjadi. Hal tersebut menimbulkan ketidakpuasan dari umat Budhha yang mengakibatkan munculnya aksi unjuk rasa Buddhis. Tuntutan umat Buddha meliputi:Â
1. Pencabutan pelarangan pengibaran bendera Budhhis
2. Kebebasan beragama seperti umat Katolik
3. Agar tidak memandang agama sebagai asosiasi
4. Penghentian penganiayaan orang Buddha
5. Kompensasi untuk korban penembakan Hue dan penghukuman para pelakut
Tetapi, lima tuntutan umat Buddha tersebut tidak digubris oleh Diem sehingga mengakibatkan gelombang protes yang semakin meningkat.Â
Kemudian pada tanggal 11 Juni 1963, tepatnya di persimpangan Jalan Phan Dinh Phung dan Jalan Le Van Duyet yang berada di dekat Istana Presidensial saat itu, Thich Quang Duc turun dari sebuah mobil bersama dua orang biksu lainnya. Tepat di tengah jalan, seorang biksu meletakkan sebuah alas duduk disusul dengan salah satu biksu lainnya yang membuka bagasi dan mengambil lima galon bensin. Sambil dikelilingi oleh banyak biksu, Duc kemudian duduk di atas alas yang telah disiapkan dalam posisi duduk teratai. Lalu seorang murid menyiramkan seluruh bensin ke tubuh Duc. Duc lalu mulai membacakan paritta Nianfo (penghormatan untuk Budhha Amitabha) sebelum korek api menyala dan akhirnya membakar seluruh tubuhnya. Kobaran api melahap jubahnya, lalu perlahan membakar seluruh tubuh Duc. Kepulan asap berwarna hitam terlihat keluar dari tubuhnya yang terbakar. Tetapi, jantung Duc tetap utuh dan tidak terbakar. Karena itulah akhirnya jantung Duc diletakkan di dalam sebuah cawan di Pagoda Xa Loi karena dianggap suci.