Kurang dari sebulan, kita warga negara Indonesia akan menggelar hajatan besar, pemilihan presiden. Ada yang sudah tahu mau milih yang mana, ada yang masih ragu – ragu, ada yang sudah yakin untuk gak milih siapa – siapa.
Walau fatwa haram untuk para pemilih golput aka tidak memilih telah dikeluarkan, namun ini semua gak membuat para pemilih takut. Wajar aja sih. Bagi saya, ini semua pilihan pribadi, jangan dipaksakan berlebihan lah. Kembali lagi, siapapun yang terpilih hidup kita juga gini – gini aja toh.
Hanya saja, sayang aja hajatan besar dengan biaya triliunan begini kita sia – siakan begitu saja. Hitung – hitung sebagai pendidikan berpolitik. Kita bisa aja mengemukakan alasan A, B, C menentang, mencela, mengumpat dan sebagainya.
Tapi, apa kita tahu kalau 5, 10, 15 tahun ataukedepannya aja deh, mungkin aja kita berada dalam keadaan sebagai caleg , cagub,ca ca lainnya bahkan capres? We never know, right?
Saya yakin, gak ada anak kecil yang bercita – cita jadi anggota DPR, gubernur atau walikota. Kalau presiden mah itu cita – cita kebanyakan anak kecil toh.
Begitu juga jalan hidup kita, kita gak akan tahu apa yang akan terjadi ke depannya, bahkan 1 detik dari sekarang. Nah, terus apa hubungannya?
Bayangkan, kita di posisi mereka sekarang. Karena kita akan menghadapi pilpres, bayangin aja deh, kalau kita di posisi cawapres atau capres. Terus kita ngadepin orang – orang yang gak tahu mau milih kita atau yang lain. Kita ngadepin orang – orang yang mengungkit segala keburukan kita dan lupa segala kebaikan yang pernah kita perbuat. Kita menghadapi para haters yang cuma bisa mencela dengan informasi yang sekedar gosip. Informasi yang seadanya.
Apakah kita bisa? Coba inget – inget, di kantor atau kuliah, saat di gosipin atau menghadapi para haters,gimana reaksi kita? Apakah cuma santai saja? Apakah kita menangis sendirian di kamar? Apakah kita hadepin itu pembuat gosip dan ngomel – ngomel? Kalau saya pribadi, saya memilih diam. Okedeh, saya kesel, tapi gak pake lama, terus besok – besoknya, life is as normal as it should be.
Di saat eforia pilpres ini berlangsung, segala sesuatu yang negatif tentang para calon jauh lebih menarik dari yang positif. Itu udah pasti lah. Kubu pendukung pastinya mencari berita positif dari yang didukung dan yang negatif dari lawan. Nothing new about this.
Pencitraan? Nah, ini yang paling gawat. Bagi saya, pencitraan itu sesuatu yang menyebalkan. Kenapa? Karena yang ditampilkan yang bagus – bagus aja sementara aslinya, gak bagus – bagus amat.
Pada pernah donk ngalamin, pas pacaran segala sesuatunya indah – tapi begitu udah married, hilang smua yang indah – indah. Kira – kira begitulah pencitraan yang paling sederhana.
Masa lalu? Gini aja deh, hidup kita juga pasti ada masa lalu baik maupun kelam kan? Hidup tuh ga selalunya indah. Hidup tuh ga selalunya berjalan dengan baik. Ada 1 titik terkadang Allah kasih kita cobaan dan kita ikutan terpuruk kedalamnya. Kalau ada yang masa lalunya tanpa sesuatu kelam, hebat bener deh, salute!
Nah, kalau udah begini, apa masih mau kita diem dan memilih untuk golput? Jangan donk.. coba dipertimbangkan kembali.
Kalau udah begini, apa masih mau yang pencitraannya jago tapi aslinya gak kaya begitu?
Apa masih mau hanya mengulik – ulik masa lalu orang tanpa tahu kebenaran sebenarnya?
Semua informasi tersebar di dunia maya ini. Tinggal google aja deh. Ribuan berita tersebar untuk bisa dinikmati mereka yang mau mencari tahu.
Kalau ditanya apa pilihan saya, saya pilih no. 1. Siapa sih yang gak mau jadi No. 1? Hehehe, just kidding.
Kenapa? Silakan di juga google kenapa no. 1 pada pilpres 2014 kali ini lebih baik. Silakan dipertimbangkan. Silakan di baca – baca siapa yang pencitraannya lebih kuat. Silakan di baca – baca mereka yang banyak berjasa tapi gak heboh – heboh amat mengklaimnya.
Gak usah takut berbeda karena di dunia maya banyak dukungan untuk satu kubu tertentu. Gak usah takut dimarahi orang tua karena milih kubu yang berbeda. Stand on your own side. Vote for your own preference.Who the winner is in God’s hand.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H