Pernahkah mengalami sakit karena gigitan nyamuk? Pasti diantara kalian ada yang pernah merasakannya. Demikian dengan saya dan keluarga.Â
Dulu awal tinggal di Jayapura, Papua, pemandangan pilu pernah saya lihat di rumah sakit Marthen Indey, dimana hampir seluruh ruangan kamar rawat inap dipenuhi oleh pasien penderita malaria. Bahkan saking penuhnya, beberapa pasien terpaksa ditempatkan di lorong-lorong rumah sakit.
Mereka yang sudah sangat parah bahkan HB nya turun. Beberapa diantaranya tidak sadarkan diri, sering mengigau, meronta, hingga harus diikat kedua kaki dan tangannya.
Ternyata, saya dan keluarga juga pernah mengalaminya. Suami yang beberapa kali ditugaskan di pedalaman Papua, ternyata pulang tugas harus masuk rumah sakit karena terjangkit malaria. Demikian pula saya yang tiba-tiba merasakan demam dan tubuh menggigil nyatanya juga terserang malaria.
Anak saya yang kala itu masih balita juga tak luput dari gigitan nyamuk anopheles, sehingga terjangkit malaria.
Itulah gambaran tentang Papua, dimana serangan wabah malaria karena nyamuk anopheles demikian menakutkan. Bahkan ada yang meninggal karena HB nya terus turun.
Rupanya di Jawa pun juga terjadi serangan nyamuk aides aigepty yang menakutkan pula. Wabah demam berdarah juga menjangkiti sebagian warga di pulau Jawa. Ada yang bisa sembuh, ada pula yang terlambat penanganan hingga akhirnya meninggal.
Kondisi inilah yang mendorong Andy Suryansyah untuk menciptakan alat pengusir nyamuk. Ia sangat benci dengan nyamuk, karena nyamuk-nyamuk itu telah merenggut keceriaan orang-orang disekitarnya.
Setiap libur semester, Andy Suryansyah menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya di Kampung Dupak Rukun, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Jawa Timur. Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya jurusan Teknik Komputer ini senang dengan suasana di kampungnya. Apalagi, suara anak-anak bermain yang selalu didengarnya setiap hari. Kebetulan, di depan rumah Andy ada sekolah TK dan SD.
Tetapi tiba-tiba canda tawa anak-anak yang meramaikan kampung halamannya perlahan mulai menghilang. Hingga suatu ketika, tidak ada lagi suara anak-anak terdengar. Karena penasaran, Andy pun bertanya kepada salah satu guru di SD tersebut.