Mohon tunggu...
Jejak Pena Yuni
Jejak Pena Yuni Mohon Tunggu... Penulis - Blogger, Buzzer, Culinary, Content Writer

Blogger, Buzzer, Culinary, Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keutuhan NKRI Dimulai dari Toleransi dan Kerukunan yang Terbina dalam Keluarga

23 Mei 2016   08:34 Diperbarui: 23 Mei 2016   08:48 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang lebih penting dalam keluarga adalah tanggung jawab terhadap anak. Anak adalah amanah yang harus dijaga dan diperhatikan. Sedangkan pengasuhan anak bukan hanya dibebankan pada salah satu orang tua, melainkan keduanya. Itulah sebabnya mengapa anak merasa sangat nyaman hidup ditengah-tengah keluarga yang bahagia, dimana kedua orang tuanya selalu berada didekatnya setiap saat.

Namun bukan lantas orang tua tidak bekerja demi menemani anak. Bekerja ataupun tidak adalah sebuah pilihan. Demikian juga dengan pilihan menjadi ibu rumah tangga. Tentunya tak ada yang salah ketika seorang perempuan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Baik ibu rumah tangga maupun wanita karier, tentunya masing-masing mempunyai komitmen. Salah satunya adalah tanggung jawab mengasuh anak.

Tanggung jawab orang tua terhadap anak bukan hanya sebatas memandikan atau mengganti baju sewaktu kecil, memberi makan atau menyekolahkan. Namun lebih dari itu, orang tua harus mampu membimbing anak untuk melakukan hal-hal yang baik, membekali ilmu agama dan pengetahuan serta memberinya kasih sayang.

Sayang, masih banyak orang tua yang kurang paham arti sayang terhadap anak. Mereka membiarkan diperbudak oleh anak tanpa memberikan arahan yang baik. Anak dibiarkan bermain gadget atau bermain bersama teman-temannya, sementara waktu telah menunjukkan saatnya anak melaksanakan ibadah keagamaan. Yang lebih memprihatinkan, orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk mengendarai sepeda motor, meski belum mempunyai SIM.

Saya rasa, menunjukkan rasa sayang terhadap anak bukan berarti menuruti segala kemauannya. Ada baiknya orang tua bersikap mengayomi dan berusaha menjadi teman bagi anak-anak. Niscaya mereka akan merasa dekat dengan orang tua dan berusaha bersikap terbuka dengannya.

Memperlakukan anak memang gampang-gampang susah. Tidak boleh bersikap kasar atau terlalu lunak. Kita boleh kasar bila sang anak melakukan hal-hal yang menyimpang, dengan tujuan agar ia tidak mengulanginya lagi. Namun bukan berarti kita memaksakan kehendak kepada anak untuk berbuat sesuai kemauan kita. Anak bukan robot yang siap kita perintah. Demikian juga sebaliknya. Janganlah terlalu lunak kepada anak, yang menjadikan anak sebagai pribadi yang manja dan tidak mandiri.

Terus terang, saya sendiri telah merasakan kehidupan yang nyaman dalam keluarga saya. Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang selalu mengikuti kemana suami berdinas. Bagi saya keutuhan keluarga sangatlah penting. Awalnya keputusan menjadi ibu rumah tangga adalah keputusan terberat dalam hidup saya, karena saya harus menanggalkan ijazah saya. Namun seiring berjalannya waktu, saya bisa menepis anggapan yang salah tentang ibu rumah tangga. Senyatanya saya sangat menikmati peran menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga.

Sejauh ini kami saling terbuka dan percaya. Meski keuangan kami hanya bersumber dari penghasilan suami, namun kami selalu bersyukur dan merasa cukup. Suami selalu terbuka dalam hal keuangan. Bukan hanya itu, hal-hal lain yang sekiranya menjadi beban suami, seringkali kami pecahkan bersama. Hingga kamipun merasa tak ada lagi yang perlu ditutupi.

Bahkan, kami juga berusaha mengasuh anak dengan baik, tanpa bantuan seorang pembantu atau baby sitter. Meski suami sibuk bekerja, bukan lantas tanggung jawab pengasuhan anak dibebankan kepada saya. Ada saat tertentu dimana kami bersama-sama mengasuh anak. Namun demikian saya tidak bertindak diktator kepada anak. Dengan segenap kemampuan saya, sayapun berusaha mendidik anak sebaik mungkin. Utamanya ilmu agama, selalu saya terapkan dalam sendi-sendi kehidupan kami.

Meski saya bukanlah seorang ibu yang sempurna, setidaknya saya selalu mendampingi anak, dan mengajarkannya menjadi anak yang jujur dan terbuka. Saya pun bersyukur karena anak saya tumbuh menjadi pribadi yang jujur dan terbuka. Setiap permasalahan yang dihadapinya, selalu diceritakannya dengan lengkap dan jelas.

Jadi, menurut pandangan saya, untuk menekan kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi pada perempuan dan anak, dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Membina keluarga yang baik, menciptakan toleransi dan kerukunan dalam sebuah keluarga tentunya dapat mewujudkan keutuhan NKRI. Lantas bagaimana caranya? Berikut ini tip-tipnya:

  • Saling percaya, menghargai dan menghormati antar pasangan.
  • Saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan.
  • Menerima kehidupan yang melingkupi dengan ikhlas dan memperjuangkan keberkahannya.
  • Selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.
  • Bersama-sama membangun rumah tangga dilandasi iman dan taqwa.
  • Bersama-sama mendidik anak dan memberikan kasih sayang yang utuh.
  • Jangan keliru memberikan kasih sayang. Memberikan kasih sayang yang utuh bukan berarti memanjakannya.
  • Bimbing dan arahkan anak, bekali dengan ilmu agama yang kuat serta ilmu pengetahuan yang baik.
  • Dampingi anak dalam lingkungan pergaulannya, jangan terlalu mengekang tetapi arahkan menuju kebaikan. Tunjukkan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
  • Buatlah anak merasa nyaman berada disamping kita, agar ia menjadi pribadi yang jujur dan terbuka.
  • Jangan menjadi orang tua yang diktator sehingga anak takut atau segan terhadap kita.
  • Buatlah anak nyaman dan menganggap kita sebagai teman berkeluh kesah.
  • Jalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh anggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun