Menurut sumber di berbagai media, kasus yang terjadi pada perempuan masih didominasi oleh kekerasan dalam rumah tangga dan relasi personal, yaitu sebanyak 68 persen. Sedangkan 30 persennya masuk dalam kategori kekerasan dalam komunitas. Inilah yang menjadi sebuah indikasi bahwa rumah dan lingkungan tidak menjadikan perempuan merasa aman dan nyaman berada didalamnya.
Bahkan, 2 persen dari keseluruhan kasus yang terjadi pada perempuan termasuk kategori kekerasan yang dilakukan oleh negara. Lalu seperti apa contoh kasus ini? Beberapa diantaranya adalah kasus tes keperawasan polisi, kasus pekerja migran atau kasus larangan adopsi. Harusnya kasus-kasus semacam ini bisa ditangani dengan baik oleh negara.
Sejalan dengan kasus yang menimpa anak-anak, rumah dan lingkungan pun menjadi momok bagi mereka. Dari sinilah akhirnya dapat kita simpulkan bahwa berbagai kasus yang menimpa perempuan dan anak, baik kasus pelecehan seksual maupun tindak kriminal sebagian besar dilakukan oleh orang-orang terdekat korban.
Ada pacar, mantan pacar, suami, relasi kerja yang sakit hati atau bahkan murni unsur kriminalitas. Demikian juga dengan anak-anak. Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus penganiayaan yang berujung kematian. Pelakunya tak lain adalah teman korban. Bahkan beberapa kasus penelantaran anak dan pembunuhan, ternyata pelakunya adalah orang tua kandung, kakak kandung, ibu tiri atau bahkan tetangga korban. Sungguh sangat ironi. Ini menandakan bahwa orang terdekat pun bisa menjadi pemicu timbulnya sebuah kasus yang menimpa perempuan dan anak.
Faktor penyebab timbulnya kasus pelecehan seksual dan kejahatan pada perempuan dan anak
Tidak ada kasus yang terjadi bila tidak ada penyebabnya. Seorang perampok akan nekat melakukan perampokan karena ia melihat sesuatu yang menggiurkan. Semisal, perhiasan yang melekat dalam tubuh perempuan yang terlihat mencolok atau rumah mewah dengan segala pernak-perniknya terpapar didepan mata. Sudah barang tentu, insting perampok pun akan jalan, ia tergerak hatinya untuk segera melancarkan aksinya.
Demikian halnya kasus yang terjadi pada perempuan dan anak. Adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tentunya dimulai dari cekcok suami istri. Bila masing-masing pihak tidak lekas sadar diri, melainkan larut dalam emosinya tentunya bisa berakibat kurang bagus. Begitupun dengan kasus pembunuhan yang menimpa seorang ibu rumah tangga. Meski pelaku berdalih tidak sengaja melakukan dan hanya ingin merampok harta korban, setidaknya harta inilah menjadi penyebabnya.
Jaman dulu, kasus pelecehan seksual, pemerkosaan bahkan pembunuhan disebabkan oleh dandanan perempuan yang mengundang nafsu lawan jenis, seperti berpakaian yang kurang senonoh. Namun untuk saat ini bukan hanya perempuan berpenampilan buka-bukaan saja yang menjadi korban, perempuan berbusana rapi atau bahkan nenek-nenek sekalipun kerapkali jadi korban pelecehan seksual.
Bahkan anak perempuan yang masih kecil juga sering menjadi sasaran pelecehan seksual. Kalau dipikir, mereka masih kecil, tentu belum terlihat menarik dimata lawan jenis. Namun mengapa harus ikut menjadi korban? Inilah yang dinamakan krisis moral. Manusia sudah tidak bisa berpikir secara manusiawi, mereka lebih mengedepankan ego dan hawa nafsu. Tidak pernah memikirkan akibat, yang penting nafsunya terpuaskan.
Dari berbagai fakta tentang kasus yang terjadi, penyebab timbulnya kasus yang menimpa perempuan dan anak bisa jadi karena hal-hal dibawah ini:
- Tingkat emosional yang tinggi. Emosi bisa berujung pada percekcokan dan kekerasan. Hendaknya saling instropeksi diri agar emosi bisa diredam.
- Kecenderungan wanita suka pamer. Wanita memang suka dipuji, ia seringkali lupa memperlihatkan semua yang dimilikinya, padahal hal ini bisa mengundang kejahatan.
- Kurang menjaga perkataan. Orang yang seringkali berbicara kasar, bahkan tanpa sengaja menyakiti hati lawan bicara bisa juga mengundang kejahatan.
- Kurang bersyukur. Dalam sebuah keluarga memang harus saling terbuka dan menerima kekurangan atau kelebihan satu sama lain. Rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah bisa menjadi senjata untuk meredam adanya kekerasan dalam rumah tangga.
- Mengadopsi budaya barat. Masih adanya perubahan cara pandang perempuan Indonesia yang lebih condong ke barat, sehingga mereka cenderung mengikuti peradaban budaya barat. Inipun bisa menjadi pemicu timbulnya kasus pelecehan seksual.
- Maraknya situs porno yang beredar secara bebas. Meski pemerintah sudah berupaya menghapus situs-situs ini, namun agaknya susah diberantas sampai tuntas. Satu dihapus maka akan tumbuh ratusan situs porno yang demikian mudahnya diakses oleh jutaan manusia dari segala umur.
- Dampak buruk teknologi modern. Saat ini hampir semua masyarakat mempunyai gadget, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Memang disatu sisi adanya gadget mempunyai banyak manfaat, namun kita tidak sadar bahwa gadget dapat membuat anak-anak meniru hal-hal yang kurang baik, seperti kasus bullying, pengeroyokan, adu jotos, semua berawal karena anak-anak tengah memeragakan berbagai aksi yang mereka lihat di game online.
- Kurangnya perhatian dari orang tua. Masih banyak orang tua yang salah dalam mendidik, tidak begitu memperhatikan keseharian anak atau bahkan membiarkan melakukan segala hal diluar tanggung jawab orang tua. Padahal kewajiban orang tua selain mencukupi kebutuhan anak juga mendampinginya dalam berbagai kegiatan. Bila anak kurang mendapat perhatian, inilah yang menjadi salah satu faktor terjadinya kasus yang menimpa anak-anak.
Lingkungan sekitar abai terhadap kasus yang terjadi