Pedagang tahu bulat yang biasa disapa Pak Sundi ini berusia 32 tahun, memiliki istri
bernama Siti yang berusia 25 tahun dan satu orang anak laki-laki berusia tiga tahun setengah. Mereka tinggal di Taman Duta Harapan, Bekasi Utara. Jarak dari rumahnya ke tempat ia biasa manggkal untuk berjualan tidak terlalu jauh, sekitar empat kilometer.
Saat berjualan, Pak Sundi mengajak istri dan anaknya. Mereka berjualan mulai pukul 4 sore hingga pukul 11 malam. Suami dari Siti ini mendapatkan bahan baku tahu bulat dan sotong yang berasal langsung dari Tasikmalaya. Sedangkan bumbu bubuk berasal dari bosnya. Kedua pasangan ini saling berbagi tugas. Pak Sundi dengan tugasnya menggoreng
tahu bulat dan istrinya yang melayani pembeli. "Saya yang menyetir mobil sama ngegoreng, istri yang ngelayanin ke pembeli," ujarnya.
Pak sundi yang berambut lurus ini berjualan tahu bulat dan sotong dengan harga Rp500 perbuahnya. Terdapat empat bumbu yang akan menambah cita
rasa dari tahu bulat itu sendiri, yaitu asin, keju, balado dan pedas. Harga dan rasa ini
terjangkau untuk masyarakat Indonesia khususnya kalangan menengah kebawah. Tidak heran jika banyak yang menyukai jajanan ini.
Pria yang memiliki satu orang anak itu mengaku sudah berjualan tahu bulat selama empat tahun. Pendapatan Pak Sundi menurun dan tidak menentu, tidak seperti awal mula ia mulai berjualan tahu bulat. "Yaa ga nentu sih, kadang 100 ribu kadang 150 ribu," jelasnya. Perbedaan pendapatan ini dikarenakan tahu bulat yang tidak se "Viral" dahulu serta
bermunculan jajanan baru saat ini.
Dengan berjualan menggunakan mobil pickup berwarna putih serta speaker yang
mendengungkan lirik "Tararahu bulat digoreng dadakan, taaahuu buulaat, citahulat citahulat tahuu bulatt hanya gopean wak waw, ayo siapa lagi yang suka yang senang yang doyan jajanan depan rumah, tahuu bulatt hanya gopean wak waw" ini menjadi ciri khas Pak Sundi
dalam berjualan. Mobil inilah saksi perjuangan pak sundi dalam mencari rupiah demi rupiah untuk menghidupi anak istrinya.
Bagian belakang mobil pickup tersebut terdapat banyak peralatan untuk menjual tahu bulat diantaranya kompor gas, alat penggorengan, dua buah bangku untuk duduk Pak Sundi dan Istrinya, etalase putih untuk menaruh tahu bulat yang sudah matang, bumbu bubuk, plastik dan tempat untuk anaknya yang asyik bermain sendirian. Pak Sundi dan istrinya sengaja memberi tempat khusus agar tetap bisa mengawasi anaknya dan tidak bermain ke
jalanan.
Semangat yang dimiliki Pak Sundi perlu dijadikan contoh. Ia sudah berjualan sejak 4 tahun lalu dan sering mengalami pasang surut, banyak suka dan duka yang telah ia dan keluarga kecilnya rasakan. Namun ia tidak menyerah, ia tetap menjalani pekerjaan ini dengan senang. Dari hasil jerih payahnya inilah Pak Sundi menghidupi istri dan anaknya.
Kerja dengan berjualan
Harga tahunya gopean
Apapun kan ku lakukan
Agar keluarga bisa makan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H