Mohon tunggu...
Boarneges
Boarneges Mohon Tunggu... Profesional -

"Tidak-kah kita merasa kehilangan orang-orang yang selama ini kita andalkan? mari kita melawan lupa,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nelayan Malang

8 Mei 2016   22:27 Diperbarui: 8 Mei 2016   22:31 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih tersisa manis
kopi kemarin yang kuseruput
bikinan gadis pesisir nan ayu
gelasnya masih berasa hangat
kugenggam eratnya dengan peluh

Penjala barus saja tiba
berwajah hampa di wajahnya
tak ada ikan terjerat
kehidupan untuk sekepul asap
di dapur kayunya yang sendu pun padam

"Laut sudah hancur kawan !" katanya
tak ada sapa bangga dengan ikatan berekor-ekor ikan
seakan itu hanya kutipan sejarah
kisah malam ayahnya yang sudah tua
sebelum ia tidur lelap waktu dulu

Ia terduduk melamun
di perbatasan kapal pencuri di tenggelamkan
di teluk kepulauan tangan-tangan serakah mejarah
melemparkan dentuman-dentuman penghancur
tak ada penjaga
tak ada aparat berseragam itu
"mereka malah membekingnya", ujarnya lagi

Gelisah berujung malang
pertanyakan nasib pada atap rumbia bernapas berat
malam hening diterangi lampu teplok kecil
laut tak lagi janjikan kehidupan
sirna oleh kehancuran
perahu dayung kecil bersaing dengan pukat-pukat bengis
tersingkir di laut belakang rumah kita sendiri

"Harus bagaimana lagi?"
ia bertanya pada hatinya
sejenak melirik pada gadis kecilnya
besok hendak sekolah
belajar pada seorang guru yang hanya seorang
dalam bangunan beratap seng karatan

Malam mulai melarut
ia bangun dengan berat langkah
menghampiri sekumpulan senasibnya
nelayan malang 

"Kita tidak oleh menyerah!"
seluruh mata memandanginya
semangat  patah tersimpulkan
membara membakar
ia membalasa tatapan hangat itu
menggulung sarungnya berhiaskan tambalan

Laut adalah kehidupan
dan kalau kau menghancukan kehidupan
aku akan melewanmu !
karena aku hidup karena kehidupan
berdaulat atas laut kita

Jangan pertanyakan lagi
jangan mengadu lagi
mereka tak melirik
kita bikin saja hukumnya :
bakar !
atau kita terbakar !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun