Bilamana kita sadar empuknya tanah
terinjak bersama nafas
kita tak tercipta sendiri
betapa berharganya nyawa
di atas doktrin-doktrin sesat
merenggut dosa
dimana nurani?
Darah masih belum kering
Jakarta membara
panggung politik menggila
pencari keadilan menumpuk berkas
di atas meja sidang
kekuasaan diperebutkan
khalayak penontont setia
tanpa tindak?
Sejarah tiada pernah meluputkan duka
dalam torehan masa berjenjang
hembuskan bara dalam setiap kisah
apa ini pertanda kiamat?
kau percaya itu?
agama-agama entah mengajarkan apa
kepiluan menjadi-jadi
di atas kutipan ceramah-ceramah
berpeci
berjubah
kedamaian teringkari
Aku lelah
dalam kediaman yang dalam
berpaut dengan kecerahan langit mendung
menyaksi segala rebahan manusia di bumi
jatuh satu persatu menghampar
tinggalkan sesak
dimana kedamaian?
Kemanusiaan kering di tanah gersang
manusia-manusia gersang berlabel elit
keyakinan yang salah arah
entah dimana kedamaian
aku sendiri gelisah
"Damai tak mesti ditunggu, kawan!"
serunya mengait tanganku
kita adalah damai
berpencar
sebarkan
kita adalah cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H