Negara besar -yang "besar" apanya. Apakah jumlah penduduk, atau luas wilayah, atau ekonominya .... nah di tulisan ini "negara besar" adalah prestasi di olahraga. Yaitu pencapaian tim putra dan tim putri di waktu yang bersamaan. Meraih final di TUC 2024 ini.
Terakhir .....
Last but not least about badminton's coach. Mengamati ajang TUC dan Thailand Open ini beberapa penting coach yang duduk di belakang pemain bulutangkis. Selain memberi saran/ nasihat saat interval, juga bisa memberi psywar ke lawan. Tim uber kita --tahun 2016 atau 2018 ya- pernah menempatkan Reony Mainaky untuk duduk terus-terusan saat melawan Jepang. Karena reony pernah melatih tunggal putri mereka. Jadi ada efek-efek pengaruhi psikologis lawan gitu
Kemarin saat tim kita menghadapi Korea, mereka persilakan Ronny Agustinus untuk duduk di kursi coach. Coach Ronny (eks pelatnas era Taufik H dan Sonny DK) belum bisa basa kroya, jadi kasih instruksi memakai bhs inggris ke pemainnya.
PBSInya tiongkok memakai para mantan juara untuk duduk di kursi tsb. Ada Shun Jun, Xia Xuanze, juga Zhang Jun. Tuongkok juga mengontrak Lee Kwang Jin untuk melatih ganda putrinya. Lee KJ ini pemain ganda putra Korea era Luluk/ Alven. Prestasi Lee KJ saat melatih Pelatnasnya Korea adalah merebut Uber for the 1st time tahun 2010, dan Sudirman.Cup tahun 2017. Keduanya melawan tim China di final. KOREKSI: Kang Kyung-jin
Kalau nonton di tv yang punya Barat, si komentator Gilian Clark (biasa disebut oma Gill) akan fasih menyebut nama-nama tersebut.
Apakah kita alias PBSI termasuk humble dengan tidak menampilkan mantan pemain terkenal di kursi pelatih. Mungkin hanya Aryono Miranat yang pernah jadi juara All England (sektor XD) untuk duduk di bangku belakang pemain. Ada sih seperti mantan peraih emas olimpiade Ricky Hidayat dan Taufik Hidayat diajak serta rombongan ke Chengdu kemarin. Namun mereka duduk di kursi official atau malah bangku penonton. PBSI perlu memperhatikan hal ini. Untuk pelatih yang duduk di bangku coach (belakang pemain saat bermain) musti yang punya credit point melalui prestasi masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H