Padahal nih ya, seandainya betul terjadi -tentunya sebuah kredit plus tersendiri bisa kejadianya pasangan Tongkok dan China Taipei bisa bermain bersama.
Kemarin juga ada yang unik pas kejuaraan beregu Thomas dan Uber bertempat di Chengdu, negeri Tiongkok bulan April-Mei 2024. Ajang beregu bulutangkis ini disponsori utama oleh raket merk Victor yang notabene bikinan (made in) China Taipei. Bukan Yoneyama atau Yonex buatan Jepang, bukan pula Li Ning yang asli made in China.
Sepertinya "one China policy" tidak berlaku di cabang olahraga. Daratan tiongkok menerima kehadiran victor buatan Taiwan sebagai penyumbang utama. Uniknya timnas bulutangkis Tiongkok juga disponsori oleh Yonex (Jepang). Sedangkan merk Li Ning malah menjadi jersey utama tim Indonesia. Walaupun pemain kita raketnya ada yang YY ada yang Victor juga Li Ning.
 Beberapa fenomena politik bisa luluh karena peristiwa olahraga. Bisa juga makin panas gegara olahraga. Contoh misalnya perdelapan final World Cup tahun 1986 mempertemukan Inggris lawan Argentina. Media mengkaitkan dengan tempur-tempuran rebutan Falklands (bahasa Spanyol: Malvinas) atau perang Malvinas (Guerra de Malvinas) pada tahun 1982. Kala itu terjadi peperangan antara Argentina versus Inggris.
Tahun 1996 semifinal piala Eropa, antara England lawan Jerman. Media inggris memanasmanasi dengan kata: Achtun* Pihak pssi-nya Jerman sempat komplain ke media massa saat itu, kesannya terlalu berlebihan dengan kata *chtung tersebut.
Yang menyejukkan lewat olahraga juga ada. Saat Asian games 2018 di Jakarta-Palembang, tim Korea bersatu (Utara and Selatan) dalam satu barisan dengan kostum yang sama di acara pembukaan. Dulu saat perang Iran-Iraq, tim Indonesia yang diselipkan di tengah tengah dalam barisan antara Iraq sama Iraq, misal saat Asian Games 1986 dan 1990.
Masih tentang TUC
Kekalahan tim kita -terutama tim Thomas- menandakan sekali lagi PBSI tidak berani melakukan improvisasi pada partai final. Kita hanya punya prinsip "Don't change a winning team". Komposisi pemain tetap saja: Antony Ginting, Fajar/ Rian, Jonathan Christie, Bagas/ Fikri, dan Chico AD Wardoyo.
Inilah romantika bermain beregu. Tim Thomas China yang tahun 1986 under pressure saat melawan kita sebagai tuan rumah, mengocok pemain dengan mengistirahatkan pemain tunggal pertama (Han Jian) kemudian menaikkan Yang Yang dan memainkan Xiong Guobao untuk melawan legend saat itu: Liem Swie King. Percobaan yang berhasil.
Seorang teknokrat olahraga MF Siregar (alm.) pernah share juga hal ini. Pada final Thomas Cup tahun 1992 sempat terjadi perdebatan saat itu, siapa yang akan dipasang menjadi tunggal kedua, apakah Alan Budi Kusuma atau Hermawan Susanto. Sayangnya pas hari H jam J koko Alan BK mengalami antiklimaks.
Anyway untuk TUC 2024 ini kita anggap sebagai keberhasilan. Karena mampu mencapai final -baik untuk Uber maupun Thomas. Mengulang kejadian terakhir tahun 1998 waktu di Hong Kong. Ini menandakan kita adalah negara besar dalam bulutangkis. Sewaktu Gus Dur jadi presiden, sekira tahun 1999 beliau menyatakan bahwa Republik kita ini nantinya akan menjadi negara besar. Penelurusan kami, Bung Karno sewaktu menjadi presiden pernah menyatakan hal yang sama.