Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ti Thomas Tos To Thailand Terbuka (T5)

21 Mei 2024   07:51 Diperbarui: 21 Mei 2024   07:52 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JUDUL selengkapnya: Bulutangkis Sambung Menyambung Menjadi Satu: "Ti" Thomas tos "To" Thailand Terbuka

Teringat oleh sebuah buku tulisan wartawan Kompas, pak Paulus Swantono (almarhum), maka judul ini dibuat. Dari buku ke buku, sambung menyambung menjadi satu -demikian judulnya. Namun tulisan saya kali ini mungkin hanya semacam "catatan ringan dibuang sayang".

Dari mengamati bulutangkis dari 2 (dua) turnamen: Thomas Uber Cup dan Thailand terbuka, ada blessing in disguise atau hikmah tersembunyi, bahasa Jawanya "ndilalah".

Oiya judul yang saya pakai T5 atau "Ti Thomas tos To Thailand Terbuka". Kata "ti" dari bahasa Sunda yang artinya: dari. Juga "tos" yang artinya after atau selesai. Kemudian "to" tentunya bahasa Inggris yang bermakna: ke.

Ada beberapa yang menarik untuk diamati dari dua turnamen ini, yaitu dari Thomas Uber Cup (TUC) ke Thailand Open. Dari partai final sektor ganda campuran, menurut saya levelnya sudah "phantom badminton". Masih ingat kan istilah phantom badminton. Partai 1,5 jam tahun 1983 final kejuaraan dunia di kota Kopenhagen (Denmark) yang mempertemukan Liem Swie King melawan Icuk Sugiarto.

Kembali ke ganda campuran Thai Open. Benar-benar pertandingan luar biasa yang disuguhkan oleh pemain Tiongkok usia 24 tahun, tanpa peringkat, yakni Chen Boyang/ Chen Fanghui. Mereka berdua mengalahkan pasangan gaek tuan rumah, yang masuk peringkat 7 (lima) besar dunia, Dechapol Puavaranukroh/ Sapsiree Taerattanachai dengan 12-21, 21-12, 21-18. Absennya pasangan utama mereka -peringkat satu dan dua dunia- yaitu Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Feng Yanzhe/Huang Dongping, ternyata memunculkan ganda pelapis mereka, yaitu Boyang/ Chen Fanghui ini.

Keduanya masih berusia 24 tahun, artinya seusia dengan Rinov Rivaldi. Pada babak semifinal, Rinov/ Pitha dikandaskan Boyang/ Fanghui hanya dalam waktu 30 menit. Untungnya Rinov/ Pitha lolos ke olimpiade Paris bulan Juli nanti, sementara Boyang/ Fanghui tidak.

Sedangkan di partai final ganda putri, pasangan kita -Febriana Dwipuji Kusuma/Amallia Cahaya Pratiwi- taklut di tangan pasangan 30an tahun, pemain tuan rumah, yaitu Kititharakul/Prajongjai dengan 21-14 21-14. Thailand perlu menunggu 8 (delapan) tahun untuk menjuarai ganda putri setelah Puttita Supajirakul/ Sapsiree Taerattanachai menjuarai Thailand Terbuka di tahun 2016.

Kebijakan "One China Policy" (?)

Di bagian ganda putra, pasangan India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, menjuarai Thailand Open 2024 setelah melewati pasangan kuda hitam Tiongkok, Chen Bo Yang/Liu Yi dengan straight set 21-15, 21-15. Bagi coach Mathias Boe, kampiunnya Rankireddy/ Shetty tentunya sangat menghibur sejak kekalahan beruntun pasangan ini di ajang Thomas kemarin. Di TUC, pasangan India ini kalah saat melawan pasangan kita Bagas Maulana/ Fikri, kemudian ketika melawan pasangan Tiongkok -Liang Wei Keng dan Wang Chan.

Beberapa laman -misal google [dot]com dan bahkan sempat BWF- salah menyebut pasangan Chen Bo Yang / Liu Yi sebagai "campuran" antara Tiongkok dan China Taipei. Karena nama "Liu Yi" yang tercatat di pertandingan atau event sebelumnya adalah pemain Taiwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun