Atau kalau memang madzhab permainan yang dipilih Apri/ Fadia adalah "menyerang merupakan pertahanan terbaik" maka yang perlu diperbaiki adalah variasi serangan. Supaya tidak monoton dan cepat diketahui lawan motifnya.
Selain itu serobotan atas bola-bola depan sebaiknya lebih pas presisinya. Kedua pasangan kita ini sering kehilangan momentum menyambar bola tanggung tersebut. Bisa juga karena pemain kita kurang sabar.Â
Tidak harus meraih point dengan cepat melalui smes yang keras. Tapi coba pancing pemain lawan agar mengembalikan bola yang memudahkan kita untuk mematikannya. Tidak harus dengan pukulan kencang, tapi bisa melalui bola-bola wilayah atau placing ala-ala the Daddies.
Memang wajar kalau Apri atau Fadia melakukan kesalahan sendiri. Pemain lawan pun melakukan hal yang sama juga. Namun selayaknya masing-masing harus lebih mawas atau permisif untuk memaafkan kesalahan teman.Â
Kemudian saling menyemangati dan bangkit kembali agar kesalahan tidak terulang.Â
Sebagai pecinta bulutangkis kami berharap pasangan baru Apri/ Fadia ini masih terus berusaha menemukan titik yang pas bagi permainan ke depan. Modal berharga telah mereka dapatkan, dengan menjuarai Sea Games dan turnamen Malaysia Open.Â
Artinya kalau dalam kondisi prima -mereka pasti bisa juara. Tapi kondisi ini juga membuat lawan semakin mengerti pola permainan tim kita, dan menemukan celah serta ceruk untuk mengalahkannya. Maka kreatifitas tim pelatih, baik Eng Hian maupun Reony Mainkay untuk meramu style yang tepat.
OK yang penting "ngotot".
Keterangan: Slogan "ngotot" merupakan semangat yang selalu disuntikkan Ketua Umum PSSI pak Kardono di era 80-90an dulu. Semoga bisa memberi spirit pemain kita untuk tidak cepat menyerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H