Chinese Taipei Open 2022 telah berakhir kemarin Ahad 25 Dzulhiijah 1443 H (bertepatan Minggu Legi 24 Juli 2022). Pemain tunggal putra dan putri terwahid Taiwan -yaitu Chou Tien Chen dan Tai Tzu Ying- berhasil menyandingkan gelar sebagai tuan rumah. Dulu saat Asian Games 2018 Jakarta -- Palembang, keduanya juga hampir saja menyandingkan gelar. Namun sayang Chou Tien Chen atau CTC ini kalah di final ditumbangkan pemain tuan rumah, Jonathan Christie.
TURNAMEN bulutangkis level Super 300 bertajukChou Tien Chen menumbangkan wakil Jepang yang baru berusia 21 tahun, Kodai Naraoka. Pertandingan antara Chou Tien Chen (32 tahun) dan Kodai Naraoka berlangsung sengit, musti dilalui dengan rubber game CTC menang 14-21, 21-10, dan 21-6 dalam waktu 1 jam lebih 1 menit.
Apa kira-kira implikasi pertandingan CTC melawan Kodai? Jepang sudah punya pemain pelapis yang nantinya akan menjadi utama di Olimpiade 2028. Ini yang perlu kita waspadai.
Di turnamen yang terselenggara di Taipei Heping Basketball Gymnasium tersebut, sebenarnya PBSI mengirim 3 (tiga) wakil, dan ketiganya kandas sebelum perempat final. Hanya Komang Ayu Dewi (tunggal putri) yang lumayan bisa maju sampai 16 besar. Sedangkan Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay tersingkir di 32 besar. Sementara Cristian Adinata gugur di babak kualifikasi.
Kekalahan Komang Ayu Dewi setelah menang 2 (dua) kali, di babak kualifikasi dan babak 32 besar. Komang mampu mengalahkan pemain India, Keyora Mupati. Kemudian pemain tuan rumah Taiwan, Chen Su Yu. Baru ketika ketemu pemain Malaysia usia 23 tahun, yakni Goh Jin Wei, Komang takluk 2 (dua) game langsung.
Sedangkan Ikhsan Leonardo kalah melawan pemain kawakan Taiwan, Wang Tzu Wei. Sementara Christian Adinata kalah dengan pemain tuan rumah yang peringkatnya hanya selisih 1 (satu) tangga saja, yaitu Chen Chi Ting melalui permainan rubber.
Ketiga pemain kita tersebut memiliki usia yang tidak terlampau jauh terpautnya. Yaitu sekitar 21 Â tahun. Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay kelahiran 2000, Christian Adinata tahun 2001, dan Komang Ayu tahun 2002. Hampir sama dengan Kodai Naraoka yang kelahiran 2001.
Kodai Naraoka di turnamen yang hanya berselang 3 (tiga) hari, yaitu Singapore Open dan Taipei Open, Kodai mampu mencapai final. Sebelumnya di bulan April 2022, Kodai juga mampu menjadi runner up di turnamen Korea Master, sebelum kalah melawan wakil tuan rumah, Jeon Hyeok Jin.
Kodai Naraoka juga sudah masuk tunggal ketiga Thomas tim Jepang. Namun memang mungkin beban mental yang dirasa terlampau tinggi, sewaktu semifinal Thomas Cup, Kodai takluk straight game bahkan di bawah angka 10, ketika dikalahkan oleh pemain kita Shesar Hiren Rustavito. Kodai meski baru berusia 21 tahun namun memiliki pengalaman melibas pemain peringkat atas, salahsatunya pemain kita Jonathan Christie, waktu di Singapura Terbuka baru lalu. Pemain lainnya seperti Khosit Petradab dari Thailand, disingkirkan di Taipei Open kali ini. Sebelumnya di Korea Open, Kodai mampu mengalahkan Li Shi Feng dari Tiongkok.
Melihat prestasi Kodai yang mampu menjadi runner up di dua turnamen berdekatan maka fisik atau stamina Kodai tentunya sangat yahud. Bandingkan misalnya dengan Chico Aura Dwi Wardoyo yang sehabis menjuarai Malaysia Master, namun langsung tumbang di babak pertama -saat melawan Brian Yang dari Kanada- di turnamen Singapura Terbuka tiga hari kemudian.
Membandingkan keempat pemain (Kodai, Komang, Ikhsan, Adinata) yang usianya mirip-mirip tersebut, maka prestasi Kodai dapat dianggap jauh meninggalkan teman seangkatannya.