Jam 00.33 WIB hari Ahad 29 Desember 2019 aku mulai menulis ini. Jadi teringat momen dulu, lama sekali. Suatu saat mungkin di tahun 1995 saya ikut pengajian ustadz Didik Purwodarsono di masjid Al Muslimun, daerah Klebengan, Sleman Jogja. Ustadz Didik ini alumni IAIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta) dan konon double kuliah di Filsafat UGM.Â
Selain mengajar ngaji, beliau juga buka warung mie ayam di Klebengan. Oiya lokasi Masjid tersebut kalau dihitung dari Fakultas Peternakan UGM mungkin hanya berjarak 300 meter ke arah utara. Pengajiannya dilaksanakan ba'da maghrib.
Waktu itu ustadz Didik mengatakan bahwa sholat itu "olah pikir, olah rasa, dan olah raga". Tulisan ini akan membahas hal tersebut, terutama terkait yang: olah raga. Setelah tahun 1995, baru kali ini tahun 2019 (dua puluh empat tahun kemudian) saya mengerti arti sholat sebagai olah raga tersebut.
Kita bahas satu persatu "olah" tersebut. Kalau olah rasa saya sudah meyakininya betul memang. Terutama waktu sujud itu sepertinya kita tinggal sendiri, atau berdua dengan sang Gusti. Jadi kita kayak ngobrol melalui doa doa. Terkadang saat merasa diri tinggal berdua, sangat dekat dengan-Nya, air mata serasa mau menetes. Itu olah rasa.Â
Bahkan pernah di masjid Al Muslimun tersebut, sang imam sholat jamaah (seingatku pas ng-Isya') sampai menangis ketika membaca doa sesudah Al Fatihah. Sewaktu imam melafalkan ayat yang artinya, "Hai jiwa jiwa yang tenang", yaa ayatuhal nafsul mutmainah, kurang lebih demikian pengucapannya.
Kemudian olah pikir, mungkin terkait rasionalitas sholat. Meski mungkin bukan berarti "rasional" banget hlo ya. Pernah ada buku yang saya baca di perpustakaan Fakultas Filsafat, UGM, yang bercerita mengapa atau apa reasoning orang melakukan sholat. Jawaban salah seorang muslim di buku tersebut, "Aku ingin bersyukur dengan seluruh ragaku", sekilas begitu jawabannya.            Â
Mungkin juga kalau olah pikir ini adalah bagaimana mindset sholat bisa membawa kita mengubah perilaku. Sholat isinya doa. Doa yang kita tahu artinya insyaalloh akan mengubah olah pikir negatif --yang nantinya berkaitan dengan mindset kita. Bagaimana kita berpikir tentang hal-hal yang ada di sekitar kita. Bagaimana harapan kita, dan usaha untuk mencapainya. Intinya kita musti tahu dan mengerti bacaan sholat.
Olah pikir juga berkaitan dengan cara pandang kita terhadap sesuatu, terhadap masa depan dan lain sebagainya. Olah pikir akan menghasilkan energi-energi positif yang dapat membangkitkan semangat jiwa sehingga apapun yang kita lakukan didasarkan pada nilai-nilai kebaikan. Olah pikir juga merupakan penyetir atau pengendali dari dua "olah" sebelumnya karena pada dasarnya apapun yang kita lakukan merupakan hasil dari pemikiran kita sebelumnya.
Terus kalau olah raga bagaimana tuh? Akhirnya kejawab oleh pengalaman saya kemarin. Relevan dengan pepatah Experience is the best teacher. Kemarin kemarin itu, tepatnya hari Kamis Kliwon 26 Desember 2019 (28 Rabiul Awal 1441 H) ada sholat jamaah sunnah gerhana matahari di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta.Â
Terus terang pengalaman saya pertama kali melakukan sholat gerhana (matahari). Udah ruku'nya dua kali dalam satu rakaat, dan panjang panjang doa nya. Ruku yang lama. Lalu demikian pula dengan doa sujudnya. Sujud yang lama juga. Rasanya saya hampir pingsan. Bisa jadi karena memang tubuh saya kurang begitu sehat. Intinya melakukan sholat gerhana ini perlu fisik yang kuat. Bagi kami yang umur-umur 40+ musti prepare secara apik agar jangan sampai kaget.
Sholat sunnah gerhana itulah ujian sebenarnya bagi kita dalam "mengolahragakan" diri ketika sholat. Kalau sholat yang biasa (terutama sunnah dua rakaat), sholat bisa kita anggap layaknya memanasi mobil/ motor. Bayangkan apabila motor atau mobil kita tak pernah dipakai atau minimal dipanasi. maka cepet rusak kan.Â