Dari laman kompas.com disebutkan mengenai kedigdayaan pasangan ganda putra Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. Dikatakan bahwa belum genap satu tahun dipasangkan, Angga/Ricky mengukir prestasi besar dengan menjuarai Singapura Terbuka 2015. Pada laga final yang berlangsung di Singapore Indoor Stadium, Angga/Ricky menang 21-15, 11-21, dan 21-14 atas Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok), hari Ahad (12/4/2015, bertepatan minggu legi 22 Jumadil Akhir 1436 Hijriyyah).
Selain Angga/ Ricky, ajang di negerinya Lee Kuan Yew (almarhum) kali ini menjadi gelar pertama juga bagi Kento Momota (20 tahun) di ajang super series.Juara dunia yunior tahun 2012 asal Jepang ini mempersembahkan gelar pertama –untuk dirinya dan untuk negara Jepang- di turnamen Singapura Terbuka setelah menundukkan Hu Yun (Hongkong) 21-17, 16-21, 21-15. Prestasi tunggal putra Indonesia yang terbaik di tahun ini di Singapura adalah Simon Santoso yang meraih tempat di semifinal. Sebelumnya –tahun 2013 dan 2014- tunggal putra Singapore Open dikuasai oleh pebulutangkis RI.
Tentunya kesuksesan ganda putra “muda” (karena Angga masih berusia 21, dan Ricky 23 tahun) ini sangat menggembirakan bagi perbulutangkisan republik di tengah kering kerontangnya prestasi di awal 2015 ini, dan di tengah dominasi Tiongkok.
Namun di tengah kebersyukuran kita, semestinya kita juga harus waspada. Semoga karier Ricky/ Angga tidak seperti senior mereka yang jadi jawara di negeri Singa ini –yaitu Simon dan Tommy- yang terhitung “apes” setelah menjuarai Singapore Open tahun 2013 dan 2014.
Sewaktu Tommy Sugiarto menjadi juara tunggal putra Singapura Open tahun 2013, banyak media yang mengulas bahwa pemain berusia 24 tahun itu akan mulai bersinar. Di beberapa laman bahkan disebutkan bahwasanya Tommy kemungkinan akan menggantikan Taufik Hidayat sebagai tunggal nomor satu Indonesia. Untuk menjadi nomor satu dalam urutan single di piala Thomas memang terbukti, karena Tommy memang menjadi anggota beregu Indonesia yang kalah di semifinal Thomas tahun 2014. Namun untuk level internasional –bahkan regional misalnya dengan sesama pemain Asia Tenggara seperti dari Thailand- Tommy masih sering kalah.
Menjadi juara di Singapura Terbuka tahun 2013 merupakan prestasi terakhir Tommy sampai sekarang. Terkadang terbelit cedera, Tommy malah keluar Pelatnas dan berlatih bersama ayahnya, Icuk –juara dunia pada usia 20 tahun- di klub Pelita. Tapi uniknya, ketika keluar Pelatnas, Tommy menorehkan prestasi lumayan dengan mengalahkan Lin Dan untuk pertama kalinya di India Open tahun 2015 bulan Maret lalu.Perilaku Tommy ini mirip Daren Liew (Malaysia) yang pernah menjadi juara di Perancis Terbuka 2012 pada usia 24 tahun, namun itulah prestasi terakhir Daren. Sampai kemudian Daren Liew "diturunkan" ke level yang lebih rendah kompetisinya -yaitu mengikuti Polish Open- dan menjadi juara di tahun 2015 ini.
Tahun berikutnya sesudah Tommy, adalah Simon Santoso. Juara di Singapore Open 2014 dengan mengandaskan Lee Chong Wei peringkat 1 dunia saat itu. Hebatnya lagi, Simon saat itu baru beberapa bulan keluar pelatnas, dan memulai penampilan dari babak kualifikasi. Dengan penampilan gemilangnya (karena selain juara di Singapura, sebulan sebelumnya Simon juara di Malaysia Grand Prix) kemudian Simon dipanggil kembali ke pelatnas. Persis Tommy, jawara Singapore open series adalah prestasi terakhir Simon sampai dengan Singapore Open tahun ini (kalah di semifinal melawan Kento Momota).
Maka kita harapkan, ganda Angga/ Ricky tidak cepat puas dengan prestasi kali ini. Semoga tidak seperti Tommy dan Simon yang sampai saat ini belum juara lagi semenjak menjadi kampiun Singapore Open. Tahun ini ada perhelatan Sudirman Cup (yang sudah 24 tahun tidak lagi pernah “pulang”), kemudian Sea Games (mungkin lebih cocok bagi pemain yunior di bawah Ricky/ Angga), dan sejak Mei mulai dihitung penghitungan poin untuk Olimpiade 2016. Kita tunggu prestasi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H