"Halah... ya beda. Â Kamu kan pinter," pujinya. Kok tidak dari dulu?
"Oh, ya, Yun. Alhamdulillah, aku sudah bisa memaafkan. Ya, susah awalnya. Tapi ya kayak yang kamu bilang, eman-eman kalau nanti aku mati kok hatiku masih kotor. Aku dzikir terus. Pagi siang sore, wis kapan wae. Aku minta Allah meringankan hatiku. Istighfar terus pokok'e. Berbulan-bulan lho, Yun. Lha kok lama-lama aku kalau ketemu Rofi apa bapaknya sudah tidak ada lagi marah. Aneh yo? Lha bener omonganmu, hatiku sekarang plong rasanya." Aku tersenyum. Segera kuraih badannya, kupeluk erat-erat, kuciumi pipinya. Dari cerita-cerita yang sampai di telingaku, dia masih diabaikan suami. Tapi sekarang dia bisa memaafkan. Ya, Allah, ijinkan hamba membawa wanita pemenang ini mengunjungi baitullah suatu hari nanti. Amiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H