Lelaki yang ketika muda menjadi anak yang sungguh menyayangi orangtuanya. Ketika remaja ia sungguh menyayangi orang-orang sekelilingnya. Ketika bekerja ia sungguh menyayangi rekan-rekannya, loyal pada pekerjaannya. Ketika menikah ia menjadi suami yang sungguh penyayang. Ketika mempunyai anak ia menjadi ayah yang luar biasa gemati. Ketika menjadi  kakek ia menjadi kesayangan cucunya. Terhadap besan ia hormat. Dimanapun ia berada ia menjadi sumber belajar. Ketika meninggal ia mewariskan ilmu dan kasih sayang ditiap hari orang yang mengenalnya. Setiap cerita yang mengalir padanya hanyalah kebaikan. Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhaiNya. Sampai bertemu kembali, Pak Ihya. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Dari Allah kita datang dan kepada Allah kita kembali. Kami sedang menunggu giliran menyusulmu. Semoga nanti kita bertemu di tempat yang ketika di dunia selalu kita rindu. Bergabung bersama hamba-hamba Allah dan masuk dalam surgaNya.
Pak Ihya telah pulang lebih dahulu. Lelaki mungil yang selalu menyelipkan senyum disetiap kata yang dia ucapkan. Lelaki yang selalu berusaha mendampingi istri dalam kondisi apapun. Lelaki yang begitu penyayang terhadap anak, mantu, dan cucu-cucunya. Lelaki yang meletakkan hormat pada besan-besannya, dengan segala keadaan mereka.
Masjid hijau di desa menjadi saksi terakhir disholatkannya jenazah beliau. Disamping madrasah kecil yang dibangun untuk mengajari anak-anak kampung mengaji. Begitu banyak handai taulan mengiringi, berebut mengangkat keranda yang akan membawa ke peristirahatan terakhir. Begitupun ketika jenazah akan dimasukkan liang kubur, berebut handai taulan memegang raga yang membalut akhlak mulia. Airmata anak dan sahabat menyiratkan rasa kehilangan yang luar biasa. Doa-doa berhamburan dari lisan-lisan para saksi kehidupan atas akhir husnul khatimah. Langit mendung seakan enggan menurunkan hujan sampai pemakan selesai.
Maafkan kami, Pak, yang belum menyambut ajakanmu untuk mulai belajar, sementara Bapak sudah berlari dalam keilmuan dan ketawadu'an. Kami tahu waktu kami pasti datang, kapanpun itu, sementara bekal terasa belum juga cukup. Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, dia pasti akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Selamat jalan, Pak Ihya. Mulianya akhlakmu menjadi teladan bagi kami yang masih menunggu.
Kamis, 29 Desember 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H